Senin 09 Nov 2020 21:30 WIB

Reisa: Kasus Sembuh Nasional Capai 82 Persen

Pemerintah terima kasih ke puluhan ribu dokter yang berjuang bersama.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Teguh Firmansyah
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro.
Foto: @BNPB_Indonesia
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Brotoasmoro menyampaikan angka kesembuhan nasional atau recovery rate saat ini mencapai lebih dari 82 persen. Jumlah kasus sembuh dan selesai isolasi pun tercatat lebih dari 350 ribu kasus.

"Pemerintah berterimakasih kepada sekitar 29 ribu dokter, terdiri dari dokter umum dan spesialis. Menurut data Kementerian Kesehatan, mereka bersama lebih dari 19.600 orang relawan tenaga kesehatan, nusantara sehat, dan internship serta hampir 300 orang relawan ahli teknologi laboratorium medik, yang sudah berjuang tanpa lelah di masa pandemi ini," kata Reisa saat konferensi pers, Senin (9/11).

Baca Juga

Reisa berharap semua pihak dapat terus meningkatkan jumlah kesembuhan pasien Covid ini. Ia mengatakan, masih ada sejumlah penyakit lainnya yang membutuhkan penanganan serius dari tenaga kesehatan selain Covid-19, yakni seperti demam berdarah dengue (DBD), rabies, malaria, Avian flu, dan hepatitis.

Selain itu, penyakit tidak menular juga membutuhkan penanganan serius seperti jantung, kanker, diabetes yang menjadi penyakit mematikan di tengah-tengah masyarakat. "Bukan saja penyakit-penyakit ini sangat serius, pengobatannya juga mahal. Dan mengakibatkan hari produktif para pasien dan juga keluarga yang merawatnya," kata dia.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, virus Covid-19 berdampak pada kasus meninggal pasien dengan penyakit penyerta. Di antaranya jantung koroner sebesar 36,9 persen, kanker sebesar 9,7 persen, diabetes melitus (DM) dengan komplikasi sebesar 9,3 persen, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) sebesar 2,9 persen.

Sedangkan dari sisi pembiayaan kesehatan terbesar, penyakit jantung memakan biaya tertinggi yang mencapai Rp10,5 triliun, diikuti kanker sebesar Rp3,4 triliun, stroke sebesar Rp2,5 triliun, gagal ginjal sebesar Rp2,3 triliun, dan talasemia sebesar Rp489 miliar.

"Hal ini berarti penyakit tidak menular bukan masalah yang enteng. Penanganan dan pengendaliannya juga membutuhkan dokter-dokter spesialis. Yang tentunya handal dan berkonsentrasi penuh," tambah Reisa.

Ia pun mengingatkan kembali agar masyarakat terus disiplin melakukan protokol kesehatan dengan 3M yaitu menggunakan masker, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan. "Praktikkan sebagai satu kesatuan karena 3M itu satu paket," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement