REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel membuka konferensi perdamaian antaragama internasional yang berpusat di Lindau, Jerman, Selasa (10/11). Merkel menyerukan lebih banyak dialog antaragama.
"Kita tidak boleh memberikan ruang bagi kaum ekstremis untuk bertindak delusional yang tidak manusiawi serta menyalahgunakan agama dalam menabur perselisihan dan merusak koeksistensi perdamaian," ujar Merkel dalam pesan video yang disiarkan konferensi perdamaian agama internasional Religions for Peace (RfP).
Menurutnya hal ini penting, mengingat aksi teror mengerikan yang terjadi di Dresden, Prancis dan di Wina pada musim gugur ini. Sambutan itu disampaikan Merkel saat membuka sidang majelis antaragama yang tahun ini mengangkat tema “Perempuan, Keyakinan dan Diplomasi”.
Perwakilan dari agama Hindu, Buddha, Yudaisme, Kristen, Islam dan agama lainnya berbicara di platform virtual konferensi yang berlangsung selama empat hari hingga Jumat mendatang.
Perempuan banyak berkontribusi bagi perdamaian
Pertemuan tahun ini berfokus pada peran perempuan dalam pengabdiannya pada agama dan proses perdamaian. Merkel lebih jauh menyebutkan: “Terlalu sering orang mengabaikan apa yang perempuan lakukan dalam menggerakkan koeksistensi damai- dalam skala kecil maupun besar."
Para peraih penghargaan Nobel Perdamaian menjadi panutan menonjol dan menginspirasi banyak orang dengan keberanian mereka. Sejauh ini ada 135 peraih penghargaan Nobel Perdamaian, namun hanya 17 perempuan yang meraih penghargaan itu.
“Padahal tidak diragukan lagi, jauh lebih banyak perempuan yang bekerja untuk perdamaian yang pantas mendapatkan penghargaan,” ujar Merkel.
Lebih banyak melibatkan perempuan
“Cara terbaik untuk memecahkan masalah dan konflik adalah lewat dialog," ujar Merkel sambil mengutip peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2014, aktivis perempuan Pakistan, Malala Yousafzai. Agama dapat memberikan kontribusi yang menentukan untuk mendorong dialog perdamaian.
Menurutnya, perdamaian hanya akan berkelanjutan jika perempuan dilibatkan dalam proses perdamaian. Namun, banyak penelitian menyebutkan, hanya sedikit perempuan dilibatkan dalam praktiknya. Terlebih penting lagi adalah membangun partipasi berkeadilan di dalam kehidupan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres menyebutkan saat ini, para pemimpin agama memiliki peran yang lebih penting dari sebelumnya dalam membangun perdamaian melalui dialog antaragama. Tetapi tanpa partisipasi penuh dan kepemimpinan perempuan, dialog itu tidak lengkap, dan perdamaian kurang berkelanjutan.
"Saya berharap ke masa depan di mana iman dan feminisme berjalan seiring, dan di mana organisasi berbasis agama adalah aliansi untuk perdamaian dan kemajuan," katanya.
https://www.dw.com/id/agama-bisa-berkontribusi-banyak-bagi-perdamaian/a-55556440