REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), operator Wilayah Kerja Mahakam mencatatkan kinerja produksi minyak dan gas positif hingga kuartal III 2020. PHM mampu memenuhi target yang dipatok dalam Rencana Program dan Anggaran (Work Program & Budget/WP&B).
Berdasarkan data hingga September tahun ini, realisasi produksi gas yang merupakan produksi utama di Blok Mahakam telah mencapai 606 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau di atas target tiga persen yang ditetapkan sebesar 590 MMscfd. Untuk likuid (minyak dan kondensat) produksinya mencapai 29,6 ribu barel per hari (bph) atau empat persen lebih tinggi dari target teknis WP&B 2020 yakni 28,4 ribu bph.
General Manager PHM, Agus Amperianto menjelaskan pencapaian ini berkat penambahan produksi dari sejumlah sumur baru yang selesai dibor pada 2019 dan telah mulai berproduksi pada awal tahun ini. “Serta penerapan berbagai inovasi dalam upaya pemeliharaan sumur-sumur (work over dan well services) yang ada,” ujar Agus, Rabu (11/11).
PHM kata Agus mampu membuat berbagai optimasi secara signifikan yang berujung pada penurunan biaya yang harus dikembalikan oleh negara kepada kontraktor (cost recovery). "Hal ini juga memperlihatkan PHM tetap melaksanakan operasi dengan baik meski berada di tengah situasi pandemi Covid-19, dengan tanpa sedikit pun mengendurkan aspek keselamatan kerja,” kata Agus.
Dari kinerja keuangan, PHM mampu meraup pendapatan dan disetorkan bagi hasil untuk pemerintah sebesar 406,64 juta dolar AS. Realisasi tersebut masih kurang 2 persen dari target WP&B 2020 yakni 416,97 juta dolar AS.
Menurut Agus, tidak tercapainya target itu lebih kepada faktor eksternal yakni rendahnya harga minyak dunia. “Karena rendahnya harga minyak dan gas dunia akibat pasokan berlimpah dan diperburuk dengan lemahnya permintaan akibat pandemi,” ungkap Agus.
Sebagaimana diketahui harga minyak mentah dunia telah anjlok dan pernah mencapai 30 dolar AS per barel, sebagai akibat dari banjir pasokan di pasar ditambah lemahnya permintaan global buntut pandemi.
Agus Amperianto berharap dalam situasi lemahnya permintaan ditambah harga minyak mentah dunia yang rendah Pemerintah bersedia memberikan insentif terhadap industri hulu migas demi mengurangi tekanan.
Sejauh ini, meski mengelola wilayah kerja migas yang telah berada pada fase penurunan produksi secara alamiah, PHM senantiasa berusaha keras untuk dapat memberikan kontribusi yang baik bagi penerimaan negara. PHM terus berjuang untuk menghasilkan cost efficiency, melalui berbagai inovasi terutama dalam kegiatan pengeboran dan pemeliharaan sumur.
Penghematan ini akan menurunkan pula biaya-biaya yang harus dibayarkan kembali oleh negara kepada kontraktor (cost recovery), yang hingga September 2020 nilai optimasi itu mencapai 303,85 juta dolar AS.
Pada 2020 PHM menargetkan akan mengebor 79 sumur tajak, dan satu sumur eksplorasi (South Peciko), hingga akhir September 2020 telah dibor sebanyak 63 sumur tajak dan satu sumur eksplorasi. Banyaknya jumlah sumur yang dibor merupakan upaya untuk memaksimalkan cadangan hidrokarbon yang tersedia, karena cadangan dan produksi dari sumur-sumur yang ada sudah semakin marjinal. Sebagai perbandingan, pada 2019 PHM mengebor sebanyak 127 sumur tajak dari target 118 sumur.
Agus mengatakan PHM juga mampu mempersingkat durasi pengeboran dan menghemat biaya. Untuk aktifitas well services, pada 2020 PHM menargetkan 4.178 kegiatan dan telah diselesaikan 3.595 pekerjaan, untuk well workover dari target 69 pekerjaan telah terselesaikan 59 pekerjaan.
Sebagai perbandingan, pada 2019 PHM melaksanakan 6.948 pekerjaan pemeliharaan sumur. Dalam hal ini PHM berhasil mengembangkan berbagai teknik, seperti penyelesaian sumur (completion) tanpa menggunakan rig (rigless), yang berhasil menurunkan keseluruhan biaya sumur.