REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kai Havertz muncul sebagai salah satu talenta paling diincar di Eropa setelah musim 2019-2020 bermain luar biasa di Bayer Leverkusen. Pemain berusia 21 tahun itu membantu Leverkusen finis urutan kelima di Bundesliga dan mencapai final DFB-Pokal, serta perempat final Liga Europa. Ia mencetak 18 gol dalam 45 penampilan di semua kompetisi musim lalu.
Penampilannya menarik perhatian banyak klub seperti Bayern Munchen, Real Madrid dan Juventus, tetapi Chelsea akhirnya memenangkan perlombaan untuk mendapatkan tanda tangannya pada awal September.
The Blues harus mengeluarkan 72 juta poundsterling (sekitar Rp1,35 triliun) untuk membawa gelandang itu ke Stamford Bridge dan mengikatnya dengan kontrak lima tahun hingga 2025.
Havertz telah membuktikan dirinya di London dengan menjadi pemain pemain reguler di skuat pelatih Frank Lampard. Pemain timnas Jerman itu kini membeberkan alasan mengapa ia memilih untuk melanjutkan kariernya di Chelsea meski diminati sejumlah klub top lainnya
“Bagi saya, penting untuk memiliki klub dengan visi. Klub sedang bergerak. Kami adalah tim muda dengan banyak pemain hebat. Kami berpikir secara agresif," ujarnya kepada Sport Bild yang dikutip Goal, Rabu (11/11).
Ia mengatakan, Chelsea ingin membangun sesuatu di sini dan menyerang. Ini memotivasinya untuk berjuang merebut gelar bersama Chelsea.
"Transfer seperti ini tidak terjadi dalam semalam. Saya harus melalui semua opsi dan hal yang penting bagi saya. Bagaimanapun, saya sering menonton Liga Primer Inggris di TV dan mengenal Chelsea dengan sangat baik,” kata dia.
Havertz mengikuti jejak rekan senegaranya Timo Werner yang lebih dahulu tiba di Stamford Bridge, dengan striker tersebut merampungkan transfer sebesar 47,5 juta poundsterling (sekitar Rp 886 miliar) ke Chelsea dari RB Leipzig pada Juni.
Mantan pemain Leverkusen itu mengatakan bahwa kehadiran Werner sangat penting dalam membantunya beradaptasi, tetapi ia tidak ingin terlalu bergantung pada rekan senegaranya tersebut.
“Saya membantu Timo dengan umpan-umpan bagus di lapangan dan, pada awalnya, ia membantu saya dengan mengantarkan saya ke tempat latihan. Tentu, kami melakukan banyak hal bersama. Ini sangat membantu. Namun, kami juga harus menempuh cara kami sendiri untuk sepenuhnya menetap di sini," ujar Havertz.