Kamis 12 Nov 2020 08:00 WIB

Masa Depan New York Bergantung Penduduk Kaya

Selama ini New York City menjadi rumah bagi banyak orang terkaya di dunia.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
 Suasana lalu lintas yang sepi di kawasan Times Square,  New York, Kamis (26/3) WIB.
Foto: AP/Mary Altaffer
Suasana lalu lintas yang sepi di kawasan Times Square, New York, Kamis (26/3) WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Masa depan New York tampaknya akan bergantung pada penuduk kaya. Sayangnya, penduduk terkaya di New York dengan cepat pergi bergitu saja sejak Maret 2020 ketika kota tersebut menjadi pusat wabah Covid-19 yang menewaskan sekitar satu dari 400 penduduk.

Gubernur New York Andrew Cuomo memperjelas apa yang dipertaruhkan saat ini ketika dia meminta orang kaya untuk kembali ke kota. “Anda harus kembali, kapan Anda akan kembali? Kita akan pergi makan malam, aku akan membelikanmu minuman, kemarilah, aku akan memasak,” kata Cuomo dikutip dari Bloomberg, Rabu (11/11).

Baca Juga

Sebelum Covid-19 melanda, New York City menjadi rumah bagi banyak orang terkaya di dunia. Sekelompok elit yang terdiri dari 30 ribu keluarga yang berpenghasilan setidaknya satu juta dolar AS setahun.

Dengan begitu, masa depan New York akan ditentukan berapa banyak dari orang-orang super kaya yang tersisa setelah pandemi selesai. Sebanyak satu persen teratas penduduk New York melaporkan pendapatan gabungan 133,3 miliar dolar AS pada 2018. Mereka membayar 4,9 miliar dolar AS dalam pajak pendapatan lokal yang merupakan 42,5 persen dari total pajak pendapatan yang dikumpulkan oleh kota.

Angka-angka tersebut menunjukkan bagaimana keputusan sejumlah kecil jutawan dan miliarder bisa memiliki konsekuensi fiskal yang sangat besar bagi kota berpenduduk lebih dari delapan juta orang itu. Pada 2018, sebanyak 1.786 pelapor pajak memperoleh lebih dari 10 juta dolar AS.

Saat ini, orang-orang kaya di wilayah New berencana untuk pindah secara permanen semenjak pandemi Covid-19 melanda. Kota yang akan dituju yakni Florida, yang tidak memiliki pajak penghasilan negara bagian.

“Saya menerima telepon dari orang-orang yang ingin keluar dari New York dan New Jersey. Orang-orang menjadi lebih nyaman dengan bekerja dari jarak jauh,” kata pengacara pajak di Cole Schotz, Geoffrey Weinstein.

Sementara di New York, kota ini memungut pajak penghasilannya sendiri sebanyak 3,876 persen. Kantor Anggaran Independen memproyeksikan pada Juli 2020, pendapatan pajak penghasilan pribadi kota akan turun 10 persen atau 1,3 miliar dolar AS dari tahun fiskal 2020 hingga 2021.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement