Kamis 12 Nov 2020 08:53 WIB

CEO Pfizer Jual Sahamnya Senilai Rp 79,24 Miliar

Jumlah saham yang dijual ini setara dengan 62 persen kepemilikan Bourla di Pfizer.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Logo Pfizer. Kepala eksekutif Pfizer, Albert Bourla, menjual saham miliknya di perusahaan farmasi tersebut senilai 5,6 juta dolar AS atau setara Rp 79,24 miliar.
Foto: EPA
Logo Pfizer. Kepala eksekutif Pfizer, Albert Bourla, menjual saham miliknya di perusahaan farmasi tersebut senilai 5,6 juta dolar AS atau setara Rp 79,24 miliar.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kepala eksekutif Pfizer, Albert Bourla, menjual saham miliknya di perusahaan farmasi tersebut senilai 5,6 juta dolar AS atau setara Rp 79,24 miliar. Saham tersebut dijual bertepatan saat produsen obat tersebut mengumumkan tingkat keberhasilan vaksin Covid-19. 

Albert Bourla menjual sebanyak 132.508 lembar saham miliknya dengan harga per saham 41,94 dolar AS atau Rp 594,300. Jumlah saham yang dijual tersebut setara dengan 62 persen kepemilikan sahamnya di Pfizer. 

Baca Juga

Pfizer mengatakan, saham tersebut dijual melalui sistem otomatis setelah mencapai harga tertentu. Rencana penjualan saham telah ditetapkan sejak Agustus lalu.

"Penjualan saham ini adalah bagian dari perencanaan keuangan pribadi Dr Bourla dan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya," kata pihak perusahaan dikutip The Guardian, Rabu (11/11).

Pada Senin (9/11) pagi, saham Pfizer dibuka pada harga 41,94 dolar AS, naik 15 persen ke level 36,40 dari penutupan perdagangan sebelumnya. Saat penutupan, saham Pfizer naik 7,7 persen pada level 39,20 dolar AS.

Pada saat diumumkannya keberhasilan vaksin Covid-19 oleh Pfizer, pasar saham global mencapai rekor tertinggi di hari itu. Pelaku pasar berharap vaksin tersebut dapat membantu mengakhiri pandemi yang telah menewaskan jutaan orang. 

Vaksin ini diklaim bekerja jauh lebih baik daripada yang diharapkan kebanyakan ahli dan tidak memiliki efek samping yang serius. Pfizer saat ini sedang berusaha mengubah vaksin menjadi formula bubuk. 

Ini vaksin Covid-19 pertama yang terbukti berhasil. Namun, dalam bentuknya saat ini, vaksin harus disimpan pada suhu minus 70 derajat Celsius. Ini disebut menjadi tantangan distribusi terutama untuk negara-negara berpenghasilan rendah.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement