REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengatakan tidak bisa menciptakan atlet berprestasi secara instan dan tanpa sport science. Setidaknya membutuhan waktu delapan tahun untuk menciptakan atlet mampu mengukir prestasi.
"Jangan bicara olahraga dan prestasi tanpa ada sport sience yang sangat berguna untuk mengetahui di mana letak kelebihan seorang atlet. Misalnya seorang pesepakbola dimana kekuatan kakinya, apakah kaki kiri atau kaki kanan," kata Zainudin saat uji publik grand design keolahragaan nasional di Medan, kamis (12/11).
Sport science akan membantu menemukan kekuatan dan kelebihan seorang atlet serta apakah dan bagaimana atlet itu berbakat pada bidangnya.
"Tidak bisa menciptakan atlet secara instan, tidak bisa by accident, melainkan harus dengan kerja keras dan waktu yang panjang," kata dia.
Ia mengatakan pembinaan prestasi olahraga Indonesia harus terarah dan memiliki konsep nyata sehingga tidak boleh instan atau ditemukan secara tidak sengaja.
Ini juga berlaku untuk atlet pelapis karena sama harus disiapkan jauh-jauh hari untuk menggantikan atlet senior yang akan memasuki masa pensiun,
Untuk itu, kata dia, perlu grand design keolahragaan yang akan menjadi patron dalam pembinaan yang melibatkan semua pemangku kepentingan, baik atlet, pelatih, pembina, pengurus cabang olahraga maupun pemerintah.
"Kita harus membuat pabrik prestasi dengan pola yang matang. Tidak bisa serta merta, harus melalui design yang terpola," kata dia.