REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dewan Muslim Inggris (MCB) baru-baru ini mengeluarkan laporan terkait kondisi Muslim selama pandemi Covid-19. Dalam laporan tersebut, mereka menyebut umat Muslim mengalami penderitaan secara tidak proporsional.
Dalam laporan yang diberi nama Together in Tribulation: British Muslim and the Covid-19 Pandemic, MCB mengatakan Muslim menderita tingkat kematian akibat Covid-19 tertinggi di antara kelompok agama. Tak hanya itu, selama pandemi umat Muslim juga kesulitan mengakses tempat ibadah karena penangguhan kegiatan masjid serta membwa dampak pada kesehatan mental.
Di sisi lain, Muslim digambarkan secara negatif dalam pemberitaan media. Dilansir di 5 Pillars UK, Jumat (13/11), laporan itu juga mengatakan Muslim telah menunjukkan kekuatan tekad, ketahanan, dan semangat komunitas dalam memainkan peran membantu upaya nasional melawan virus.
Sebagian besar Muslim bergabung dalam industri pekerja utama, termasuk perawat kesehatan, pendidikan, transportasi dan produksi makanan. Komunitas Muslim juga membentuk lebih dari 100 kelompok dukungan yang mengirimkan makanan dan obat-obatan kepada mereka yang membutuhkan.
MCB mengatakan Muslim Inggris telah mewujudkan prinsip Islam dalam bertindak memberikan pelayanan kepada orang lain yang setulus hati. Meski demikian, ia tetap memberikan beberapa rekomendasi yang bisa menjadi masukan terhadap Pemerintah Inggris dan umat Muslim.
Pertama, MCB merekomendasikan penguatan di sektor pemakaman. Salah satu penguatannya bisa dengan berinvestasi di gudang pendingin atau ruang eksternal lain jika terjadi lonjakan permintaan penguburan. Tidak hanya itu, MCB juga meminta untuk dibangun sistem terpusat, di mana kematian setiap Muslim di Inggris dapat dicatat.
MCB juga menyebut perlunya masyarakat yang tidak melek teknologi diberi dukungan penuh. Hal ini dapat membantu mereka mengakses layanan dan program yang saat ini kebanyakan telah berpindah secara daring.
Ketiga, anggota masyarakat harus didorong terus memberikan sumbangan rutin ke masjid, lembaga Islam, dan kegiatan amal lainnya. Bantuan tersebut dinilai dapat membantu memastikan keberlanjutan jangka panjang keuangan lembaga-lembaga tersebut, yang merupakan jantung kehidupan banyak Muslim.
Terakhir, MCB menyebut metode komunikasi alternatif harus dieksplorasi, utamanya dalam hal pesan kesehatan masyarakat. Termasuk yang menjadi perhatian adalah menerjemahkan semua pesan kesehatan masyarakat ke dalam bahasa komunitas.
Pesan-pesan ini dapat disampaikan oleh para imam dan pemimpin komunitas dari mimbar dan memfasilitasi percakapan antara profesional perawatan kesehatan Muslim dengan anggota komunitas, agar terjadi tanya jawab secara langsung. Hal tersebut dipercaya memberikan pemahaman yang lebih besar tentang tindakan yang harus diambil agar tetap sehat dan aman.
“Meski pandemi telah menunjukkan kekuatan yang luar biasa atas komunitas Muslim, ada sejumlah pelajaran yang perlu kita pertimbangkan untuk bergerak maju, baik sebagai individu dan komunitas kolektif," kata Sekretaris Jenderal MCB, Harun Khan.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ia menyebut dapat menjadi pembelajaran dan memberi persiapan, agar menghadapi puncak pandemi maupun lonjakan kasus di masa depan dengan lebih baik.
“Kami berharap bimbingan yang diberikan dapat memberdayakan informasi bagi komunitas dan memungkinkan mereka bekerja sama, baik secara individu maupun antar komunitas, guna melayani masyarakat kami dengan sebaik-baiknya," lanjutnya.
Harun Khan lantas menyebut rasa bangganya atas upaya yang telah ditunjukkan komunitas Muslim sehubungan dengan pandemi Covid-19 ini, serta usaha yang telah mereka capai dalam menghadapi ketidakpastian.
Ia menilai Muslim di Inggris telah memperlihatkan kekuatan dan kemampuannya dalam mendukung satu sama lain selama masa pandemi. Kekuatan tersebut mampu menawarkan harapan di tengah ketidak pastian.
"Meskipun komunitas kami telah memberikan layanan yang luar biasa dalam beberapa bulan terakhir, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Saya berharap di masa depan upaya yang lebih kolaboratif dan terkoordinasi," ujar dia.