REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lewis Hamilton menyematkan dirinya sebagai salah satu pebalap terhebat di Formula 1 setelah menyamai rekor tujuh gelar juara dunia Michael Schumacher. Suatu capaian yang luar biasa bagi seseorang yang tumbuh di lingkungan yang sederhana.
Kemenangannya di Grand Prix Turki, ke-94 dalam karirnya, menambahkan titel 2020 dalam capaiannya setelah berjaya pada 2008, 2014, 2015, 2017, 2018 dan 2019.
Hamilton, putra dari seorang ayah yang berkulit hitam dan ibu berkulit putih, semasa kecilnya harus tinggal di council house, semacam perumahan rakyat yang disediakan pemerinah Inggris, setelah kedua orang tuanya berpisah.
Anthony, sang ayah, kala itu harus bekerja di tiga tempat berbeda untuk membiayai karir membalap putranya di karting.View this post on InstagramA post shared by Lewis Hamilton (@lewishamilton)
Seperti dilansir AFP, Hamilton memulai karirnya tanpa hak istimewa maupun kemewahan, namun jelas terlihat sejak dini bahwa dia memiliki bakat istimewa dalam hal kecepatan dan terlahir dengan bakat murni membalap.
Pada 1995, ketika usianya 10 tahun, mengenakan jaket dan sepatu yang dipinjam dari pendahulunya sebagai juara turnamen karting British Formula Cadet, Hamilton naik mimbar upacara penyerahan penghargaan di London di mana ia bertemu bos McLaren saat itu, Ron Dennis.
Dia meminta tanda tangan dan mengatakan kepadanya, "suatu hari saya akan membalap untuk Anda". Dennis membalas; "telfon saya sembilan tahun lagi dan saya akan buatkan kamu kontrak."