Senin 16 Nov 2020 18:02 WIB

Agar Sedekah Lebih Bernilai

Jangan tunda sedekah.

Agar Sedekah Lebih Bernilai. Ilustrasi Sedekah
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Agar Sedekah Lebih Bernilai. Ilustrasi Sedekah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Deri Adlis,, Mubhalig di Kabupaten Kepulauan Anambas dan Sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kepulauan Anambas

Sedekah merupakan salah satu pintu kebaikan yang dianjurkan dan diperintahkan oleh syariat. Menurut pemahaman yang lazim, sedekah adalah merupakan pemberian seseorang dengan spontan dan sukarela, tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Secara bahasa Sedekah berarti benar atau membenarkan. Dalam kamus bahasa Indonesia, sedekah diartikan sebagai pemberian kepada fakir miskin yang timbul dari kemurahan hati.

Baca Juga

An. Ubaedy menulis dalam buku Hikmah Bersedekah: kalau melihat penjelasan Nabi, sedekah adalah istilah umum untuk kebaikan yang kita berikan kepada orang lain. Apapun yang kita berikan kepada orang lain adalah sedekah. Kebaikan ini bisa berupa barang, jasa, atau bahkan ungkapan perasaan atau ekspresi sikap yang membahagiakan orang lain menurut akal sehat. Bahkan kebaikan yang diperjuangkan untuk diri sendiri juga termasuk sedekah, seperti berjuang melawan hawa nafsu.

Karena itu, Nabi mengatakan bahwa setiap seorang muslim wajib bersedekah. Lalu ada sahabat bertanya, bagaimana kalau dia tidak sanggup?” Nabi bersabdah “dia harus bekerja untuk dapat memberikan manfaat pada dirinya. “bagaimana kalau dia tidak sanggup? Rasulullah menjawab, “memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan pertolongan. Bagaimana kalau dia tidak sanggup juga? “mengajak kepada kebaikan,” jawab Rasulullah. Tapi bagaimana kalau dia tidak sanggupa juga ? menahan diri dari perbuatan kejahatan, itu pun merupakan sedekah.” (H.R.Muslim).

Dalam kitab hadist Arba’in yang disusun oleh Imam Nawawi juga sebuah hadist menyebutkan, Dari Abu Dzar radhiallahuanhu, Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya).

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya, Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya? Beliau bersabda, Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa? demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala." (Riwayat Muslim)

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dalam rahimuhullah menulis dalam Zad al-Maad Memberi dan bersedekah adalah prilaku yang paling dicintai oleh Rasulullah saw. Kebahagian serta kesenangan beliau dengan banyak memberi lebih besar dari kesenangan seorang yang mengambil dengan apa yang didapatkannya. Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, tangan kanannya seperti angin yang menghembus. Bila ada seorang yang membutuhkan datang kepadanya, maka Rasulullah lebih mengutamakannya atas diri beliau sendiri.

Terkadang belaiu dermawan dengan makanan, terkadang pula dengan pakiannya, dan juga beliau memerintahkan umatnya untuk selalu bersedekah dan menganjurkannya serta menyeru kepadanya dengan perbuatan dan perkataannya. Bagi mereka yang senantiasa selalu mensedekahkan harta secara sembunyi atau terang-terangan, maka dia akan mendapatkan pahala yang besar. Dia tidak pernah merasa khawatir akan kekurangan dan bersedih hati. (QS. Al-Baqarah :274) 

Seperti yang juga diriwayat oleh Abi Hurairah ra Rasulullah bersabda, Allah Ta’ala berfirman: "Wahai anak Adam berimnfaqlah niscaya Aku akan memenuhi kebutuhanmu. Dan Nabi SAW bersabda: Tangan kanan Allah penuh selalu tercurahkan tidak akan terkurangi walau tetap tercurah baik waktu siang atau malam," (H.R Muslim).

Itulah janji yang Allah berikan kepada mereka yang senantia selalu bersedekah dalam hidupnya dimana dia berada. Allah akan memenuhi kebutuhan orang yang orang yang berinfaq di jalannya dan Allah yang Maha Tinggi tidak akan menyalahi janjiNya. Sebalik bagi mereka tidak pernah bersedekah, atau mereka yang banyak melakukan kebaikan tapi tidak mau bersedekah maka Allah Ingatkan “Sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum menafkahkan sebagian harta yang dicintai," (Qs. Ali Imran:92).

Selain mendapatkan pahala yang bersar disisi Allah, agar sedekah yang dikerjakan memiliki nilai yang lebih, Rasulullah telah memberikan jalan dengan cara. Pertama, lakukanlah sedekah itu di waktu sehat, banyak harta, dan jangan menunda-nundanya.

Seorang pernah bertanya kepada Rasulullah, ”Sedekah apakah yang paling baik? Maka beliau bersabda: Engkau bersedekah padahal dirimu dalam keadaan sehat lagi pelit khwatir dengan kemiskinan berangan-angan untuk menjadi kaya, dan janganlah mengulur-ulurkan waktu pengeluarannya sehingga nyawa sampai kepada tenggorokan lalu pada saat itu engaku menyesal seraya berkata: bagi si fulan segini, bagi si fulan segini dan ketahuilah bahwa si fulan begini.” (HR. Muslim)

Pelajaran inti yang terkandung dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah diatas, yaitu anjuran untuk segera bersedekah dan melakukan amal-amal baik lainnya. Tegasnya, berbuat baik itu jangan ditunda-tunda, harus segera dilaksanakan. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 148, ”Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan."

Kedua, lakukan sedekah tersebut dengan ikhlas, yaitu melakukannya dengan mengharapkan ridha Allah semata, bukan mengharapkan pujian dan sanjungan manusia. Jika sedekah yang dilakukan tersebut dengan mengharapkan pujian atau sanjungan manusia atau yang dibiasa disebut dengan sifat riya, maka orang ini ibarat seperti sebuah batu yang licin yang diatsnya ada debu, kemudia batu itu ditimpa hujan, sehingga tinggallah batu licin itu lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 264)

Sebaliknya jika mereka bersedekah yang dikerjakan dengan penuh keikhlasan, mereka bukan hannya medapatkan pahala yang besar, Allah juga mengumpamakan mereka ini seperti sebuah kebun yang berada pada dataran tinggi. Kebun tersebut disiram dengan hujan yang sangat lebat, maka kebun itu menghasilkan buah yang berlipat ganda. Jika hujan tidak menyirami kebun tersebut, dengan embun pun tetap bisa berbuah.(QS. Al-Baqarah: 264)

Itulah jalan yang diajarkan Allah dan Rasullahnya agar sedekah yang dikerjakan memiliki pahala yang besar dan bernilai lebih. Semoga Allah senantiasa mengerakkan hati dan jasmani kita untuk selalu menjalankan harta yang diberikannya melalau sedekah. Yakinlah dengan sedekah yang dijalankan Allah akan mengantinya dengan pengantian yang lebih baik dari yang sebelumnya.   

 

sumber : Suara Muhammadiyah
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement