REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) SyahruI Yasin Limpo mengatakan pertumbuhan ekspor pertanian yang positif pada Oktober 2020 merupakan hasil program program jangka panjang Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks) sebagai pendobrak kerja luar biasa dalam peningkatan ekspor Indonesia selama 4 tahun ke depan. Syahrul menyebut program Geratieks sebagai gerakan pemersatu kekuatan seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian dari hulu sampai hilir.
"Kita ada program tiga kali lipatkan upaya kita selama lima tahun, oleh karena itu, saya kira ini tahun awal cukup memperlihatkan prospek yang bagus," ujar Syahrul kepada Republika.co.id di kantor Kementan, Jakarta, Selasa (17/11).
Syahrul menilai pertumbuhan positif ekspor pertanian menjadi bukti nyata kerja sama Kementan dengan pemerintah daerah. Kata Syahrul, Kementan terus mendorong pemda meningkatkan komoditi tertentu yang memiliki pasar ekspor.
"Kita juga telah memetakan dengan baik dan mendorong asistensi atau dibukakan ruang," ucap Syahrul.
Syahrul menilai pertumbuhan ekspor pertanian pada Oktober belum maksimal. Meski dia menilai angka tersebut cukup baik di tengah kondisi pandemi yang terjadi. Syahrul berharap kinerja ekspor pertanian dapat terus meningkat di sisa tahun ini.
"Ini belum maksimal, tapi kita lihat di pandemi saja sudah ada hasilnya," kata Syahrul.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pertanian pada Oktober 2020 mengalami pertumbuhan positif, yakni sebesar 0,42 miliar dolar AS atau tumbuh 1,26 persen (mtm) jika dibandingkan pada bulan sebelumnya. Kenaikan terjadi karena adanya dukungan mobilitas ekonomi di sejumlah negara yang juga terus membaik. Secara YoY pun, ekspor sektor pertanian tumbuh 23,80 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa pada Badan Pusat Statistik (BPS), Setianto menyampaikan, sejauh ini pangsa ekspor nonmigas terbesar Indonesia masih diduduki tiga negara besar baik di Asia maupun di Amerika. Ketiganya adalah China, Amerika Serikat dan Jepang.
"Yang jelas, ekspor nonmigas kita menyumbang 95,03 persen dari total ekspor Januari-Oktober 2020, dimana 11,38 persen diantaranya berasal dari sektor pertanian," ujar Sutianto.
Sebelumnya BPS juga merilis sektor pertanian tumbuh sebesar 2,15 persen (yoy). Pertumbuhan ini tak lepas dari kondisi harga komoditas pangan kelapa sawit dan kedelai di pasar internasional pada triwulan ke III yang naik secara (qtq) maupun (yoy).
Sutianto mengatakan, BPS juga mencatat adanya surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar 3,61 miliar dolar AS (mtm) pada Oktober 2020. Realisasi tersebut lebih tinggi dari surplus 2,44 miliar dolar AS pada September 2020 dan surplus 161 juta dolar AS pada Oktober 2019.
Secara total, neraca perdagangan Indonesia surplus 17,07 miliar dolar AS pada Januari-Oktober 2020. Realisasi ini lebih baik dari defisit 2,12 miliar dolar AS pada Januari-Oktober 2019.
"Surplus ini meningkat cukup besar karena ada penurunan impor. Sedangkan penyumbang peningkatan ekspor terdapat pada lemak dan minyak hewan/nabati," kata Sutianto.