Selasa 17 Nov 2020 22:21 WIB

Menkes: Prevalensi Diabetes Naik Tapi Banyak yang tak Sadar

Kemenkes laporkan prevalensi penyakit diabetes meningkat di Indonesia

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pria melakukan pengetesan kadar gula darah atau diabetes. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat prevalensi penyakit diabetes mellitus (DM) di Indonesia yang terus meningkat. Namun, seringkali orang yang telah mengidap DM tidak menyadarinya.
Foto: EPA
Pria melakukan pengetesan kadar gula darah atau diabetes. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat prevalensi penyakit diabetes mellitus (DM) di Indonesia yang terus meningkat. Namun, seringkali orang yang telah mengidap DM tidak menyadarinya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat prevalensi penyakit diabetes mellitus (DM) di Indonesia yang terus meningkat. Namun, seringkali orang yang telah mengidap DM tidak menyadarinya.

Direktur Pencegahan Penyakit Tidak Menular Kemenkes Cut Putri Ariane mengutip  hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) bahwa prevalensi pemeriksaan darah diabetes diatas 15 tahun meningkat. Kemudian, dia menambahkan, prevalensi DM pada 2007 sebesar 5,7 persen, kemudian naik menjadi 6,9 persen pada 2013, dan 2018 kembali naik 8,5 persen. 

"Kita tahu diabetes seringkali tidak memiliki gejala dan tanda," katanya saat temu media mengenai diabetes mellitus secara virtual, Selasa (17/11).

Ia menambahkan, tidak menutup kemungkinan seseorang mengalami gejala penyakit ini namun individu tersebut abai. Atau bisa juga seseorang merasakan tanda-tanda DM namun tidak merasakan aktivitasnya terganggu dan kemudian diabaikan. 

Persoalan diperparah dengan penderita DM yang bisa mengakses layanan kesehatan ternyata hanya 1,5 persen pada 2013 dan 2018 hanya sedikit bertambah menjadi 2 persen. Kemudian baru sepertiga penyandang diabetes yang mengakses pelayanan kesehatan sedangkan 2/3 lainnya masih tersembunyi di tengah-tengah masyarakat.

"Padahal, ada survei pada 2018 lalu yang menyebutkan bahwa DM merupakan penyebab kematian terbesar keempat di Indonesia dan angka ini meningkat," katanya.

Bahkan, ia menyebutkan DM menjadi salah satu penyakit komorbid penderita Covid-19 yang tidak tertolong. Oleh karena itu, Cut mengimbau masyarakat yang memiliki perilaku mengkonsumsi gula, garam, dan lemak secara berlebihan dan tidak dapat mengendalikan perilaku itu supaya kini lebih mengaturnya. Kemudian orang malas bergerak, merokok, obesitas agar melakukan skrining secara berkala karena seringkali penderita DM tidak merasakan memiliki keluhan tetapi tiba-tiba jadi penyandang penyakit. Kemudian ketika terlanjur terserang diabetes mellitus, ia menyebutkan orang-orang ini tidak bisa dikatakan sembuh melainkan terkontrol sepanjang dia berobat teratur sesuai anjuran dokter. 

"Namun orang yang memiliki faktor risiko masih bisa mengubah perilakunya menjaga kesehatannya agar tetap sehat agat tidak menjadi penyandang diabetes. Caranya bagaimana?ketika Anda memiliki perilaku yang saya sebutkan tadi maka lakukanlah skrining secara berkala," ujarnya.

Ia menambahkan, deteksi dini penyakit ini bisa didapatkan di pos pembinaan terpadu (posbindu). Untuk itu, Kemenkes mendorong setiap desa minimal memiliki minimal satu posbindu kemudian  pesertq program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan bisa mendatangi fasilitas layanan kesehatan (fasyankes). Ia menambahkan, peserta JKN-KIS juga bisa mengakses aplikasi mobile JKN untuk berkonsultasi dengan dokternya. Jika bukan peserta asuransi sosial ini, ia menyebutkan masyarakat penderita DM bisa mengakses layanan kesehatan berbasis aplikasi. Ia menambahkan, ini penting dilakukan sebab, di masa pandemi ini pihaknya memantau banyak sekali pasien DM yang tidak bergerak, diam di rumah sehingga penyakitnya memburuk. 

"Ini tidak harus terjadi, karena kalau jadi peserta JKN-KIS ada fleksibilitas mendapatkan obat untum jangka waktu dua bulan, padahal biasanya sebulan," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement