REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Sekitar satu juta warga China telah diberi vaksin Covid-19 eksperimental yang dikembangkan oleh Sinopharm. Berdasarkan keterangan ketua perusahaan, China adalah satu dari dua negara yang diketahui menggunakan metode kandidat vaksin, produk yang masih menjalani uji klinis untuk menguji kemanjuran dan keamanannya.
“Dalam hal penggunaan darurat, vaksin telah diterapkan pada hampir satu juta orang dan belum ada satu kasus pun dari kejadian buruk yang serius. Orang-orang hanya mengalami gejala ringan,” kata Liu Jingzhen, ketua Grup Farmasi Nasional China Sinopharm mengutip SCMP, Jumat (20/11).
Dirinya mengaku hingga kini ada kemajuan penelitian dari proses uji klinis hingga produksi dengan keadaan dan penggunaan darurat. Terlebih, ketika pemberian vaksin itu telah dilakukan sejak September lalu ke ratusan ribu kandidat penerima vaksinnya.
“Hingga saat ini, semua kemajuan kami, dari penelitian, uji klinis hingga produksi dan penggunaan darurat, kami telah memimpin dunia,” katanya.
Untuk membenarkan otorisasi vaksin yang belum terbukti, Beijing mengatakan penggunaan produk telah dibatasi untuk individu berisiko tinggi. Meskipun, klaim itu tidak hanya termasuk kelompok yang jelas seperti profesional kesehatan garis depan, tetapi juga sekolah, supermarket, dan pekerja transportasi umum.
Sejauh ini, berbagai perusahaan farmasi di seluruh dunia sedang merampungkan vaksin Covid-19. Selain Sinopharm, perusahaan asal Jerman BioNTech dan perusahaan Amerika Pfizer juga mengumumkan bahwa produk mereka telah mencapai kemanjuran 95 persen dalam uji klinis terakhir yang melibatkan lebih dari 43 ribu orang.
Dua hari sebelumnya, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Moderna juga mengatakan hasil sementara dari uji coba fase tiga vaksin Covid-19 menunjukkan tingkat kemanjuran 94,5 persen. Kedua produk tersebut mendapat skor jauh di atas ambang batas 50 persen yang disyaratkan oleh regulator, yang menggunakan kemanjuran suntikan flu sebagai titik acuan.
Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar mengatakan otorisasi serta distribusi vaksin Pfizer dan Moderna dapat dimulai dalam beberapa pekan ke depan. Dalam pernyataannya Rabu kemarin, AS juga dilaporkan akan memiliki 40 juta dosis dari dua vaksin yang siap tersedia pada akhir tahun ini.
Direktur National Institutes of Health di Maryland, Francis Collins, mengatakan pihaknya telah mengharapkan "sejumlah besar orang" yang akan divaksinasi pada April tahun depan.