REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengatakan hubungan negaranya dengan Amerika Serikat (AS) selama kepresidenan Joe Biden akan berbeda. Dia meyakini hubungan kedua negara akan mengarah peluang daripada iklim ancaman.
Dalam laporan Anadolu Agency, Rouhani mengatakan, ketika Biden mengambil alih kekuasaan, AS akan sekali lagi mematuhi hukum internasional. Dia optimistis tentang perubahan kebijakan AS selama era Biden.
Meski begitu, di depan anggota parlemen, Rouhani menekankan, sikap keterbukaan itu bukan berarti bahwa Teheran bersedia masuk begitu saja dalam negosiasi dengan Washington. "Beberapa pihak di dalam Iran berusaha untuk memoles citra AS. Jangan lakukan ini, karena pemerintahan Amerika terakhir adalah seorang teroris," katanya, dikutip dari MiddleEastMonitor.
Rouhani menyatakan, Iran tidak boleh begitu saja melepaskan cap teroris dan kriminal terhadap pemerintah AS. "Karena membebaskan Amerika dari kegiatan kriminalnya adalah sebuah layanan gratis yang ditawarkan oleh beberapa orang untuk menyerang pemerintah Iran dan menyebarkan keputusasaan di antara rakyat. Itu adalah pengkhianatan nasional terbesar," ujarnya.
Menjelang pemilihan AS, Biden mengumumkan akan bergabung kembali dengan perjanjian nuklir 2015 yang ditandatangani dengan Iran jika menjabat sebagai presiden. AS dalam pemerintahan Donald Trump memutuskan untuk keluar dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada tahun 2018.