REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisaris Warga Muda Wildanshah mengatakan, hasil survei menemukan 62 persen anak muda tidak mengetahui rekam jejak calon kepala daerah di daerahnya. Hanya 19 persen anak muda yang mengaku telah mengetahui rekam jejak tiap kandidat, sisanya menyatakan tidak yakin.
"62 persen responden menyatakan tidak tahu rekam jejak calon-calon kepala daerah mereka," ujar Wildan dalam rilis hasil survei secara daring, Selasa (24/11).
Menurut dia, para calon kepala daerah belum memanfaatkan dengan baik keberadaan anak muda sebagai bonus demografi. Hal ini menunjukkan kandidat tidak secara masif berkolarobasi dengan anak muda atau berinteraksi bersama anak muda untuk mendiskusikan program di daerah.
Padahal, kata Wildan, sebesar 46 persen responden mengaku telah mengetahui kandidat calon kepala daerah di daerahnya. Kemudian juga 81 persen anak muda sudah mengetahui ada kontestasi Pilkada 2020 di wilayahnya.
Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Mahardhika menambahkan, para anak muda pun sebenarnya memperhatikan isu-isu yang diusung calon kepala daerah. Ia memerinci, 42 persen anak muda peduli dengan isu ekonomi dan kesejahteraan, 13 persen responden peduli dengan isu infrastruktur, 11 persen isu penegakan hukum, 10 persen isu lingkungan, sisanya isu pendidikan, sosial, dan kesehatan.
Selain itu, lanjut Mahardhika, mayoritas anak muda berharap kepala daerah terpilih bersih dari praktik korupsi dan menerapkan hukum dan HAM dengan baik. Kemudian, sebagian besar anak muda berharap pemimpin daerah memiliki visi pembangunan berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan serta responsif dan komunikatif terhadap suara masyarakat.
"Di media dan berita kan kita sering kali mendengar bahwa kaum muda itu tidak peduli dan apatis di pemilu, tapi itu sepenuhnya tidak benar karena kaum muda masih mau kok memilih," kata Mahardhika.
Survei ini diselenggarakan change.org bersama Warga Muda, Perludem, Golongan Hutan, dan Campaign. Survei dilakukan secara daring pada 12 Oktober-10 November 2020 yang diikuti 9.087 responden di 34 provinsi. Mayoritas responden ialah anak muda rentang usia 17-30 tahun yang aktif menggunakan media sosial.