REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Segudang penelitian yang telah dilakukan Prof Is Fatimah sebagai salah satu dari Top 2% World Ranking Scientists. Dalam dunia penelitian, Guru Besar Ilmu Kimia Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini memang sudah tidak diragukan lagi.
Bahkan, ini bukan pertama kalinya Prof Is mendapat penghargaan sebagai peneliti. Sejumlah penghargaan pernah diraih seperti The World Academy of Science Research Grant 2015-2016, dan Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) Research Grant 2016.
Kali ini, Prof Is Fatimah jadi satu dari enam orang Indonesia yang masuk Top 2% World Ranking Scientists. Ini merupakan pemeringkatan berbasis publikasi bereputasi olahan peneliti Stanford University, John Ioannidis, Jeroen Baas, dan Kevin Boyack.
"Sebenarnya, saya sendiri malah tidak tahu kalau ada pemeringkatan tersebut, terus terang dalam sepekan terakhir saya banyak mendapat kabar dari kolega-kolega peneliti dari Malaysia dan India mengenai itu," kata Is.
Sebab, beberapa universitas merilis nama-nama dosen dan peneliti yang masuk daftar tersebut. Lalu, sampai Sabtu sore koleganya dari India mengucapkan selamat kepada Is, yang malah baru mengetahui itu apa, bagaimana, dan di mana kabar itu termuat.
Meski begitu, tidak heran rasanya Prof Is dapat bergabung ke Top 2% World Ranking Scientists melihat kiprahnya di bidang penelitian. Apalagi, di UII Is pernah jadi dosen Terproduktif Peringkat I dan Penulis Karya Berindeks Scopus terbanyak.
Memiliki setidaknya 1.325 jumlah sitasi, dan ada 15 indeks-h yang telah diperoleh. Selain itu, Prof Is giat menulis buku, dan telah menerbitkan sembilan judul buku dengan empat hak paten, dan masih ditambah pengalaman riset Prof Is yang melimpah.
Ada lebih dari 20 judul riset dan lebih dari 80 jumlah publikasi ilmiah, memberikan fokus penelitian ke bidang material, nanoteknologi, energi, mesin, dan transportasi. Prof Is jelas membuat siapa saja ingin mengikuti jejak prestasinya yang luar biasa.
Motivasi mengembangkan diri telah jadi aktivitas sehari-hari bagi Prof Is. Hal ini sesuai banyaknya prestasi yang telah diperoleh. Baginya, naik-kelas publikasi saat ini memerlukan dua kunci utama, yakni kolaborasi dan strategi.
"Kolaborasi membuat seseorang lebih jauh untuk melangkah ke depan bersama, sedangkan keterbatasan instrumentasi sebenarnya sangat terbantu dengan kolaborasi, sehingga mengandalkan kolaborasi merupakan strategi yang tampak penting," ujarnya.
Prof Is yang juga ketua Jurusan Kimia UII mengingatkan, Indonesia masih tertinggal dari India yang mengirim 1.500 peneliti di Top 2% World Ranking Scientists. Ia berharap, ini bisa jadi evaluasi untuk terus maju memberikan kontribusi penelitian.
"Mengingat saat ini banyak dosen muda di UII, dan juga yang sebentar lagi pulang dari studi lanjut, saya yakin dalam 10 tahun ke depan akan banyak dosen peneliti-peneliti dari UII yang masuk kategori tersebut, amin," kata Is.
Rektor UII, Prof Fathul Wahid, turut menanggapi capaian yang berhasil diraih Prof Is Fatimah. Keluarga besar UII bersyukur atas pencapaian Prof Is, dan merasa ini efek, bukan tujuan, dari ketekunan mengerjakan pekerjaan rumah sebagai dosen.
"Utamanya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Saya berharap, capaian ini menjadi sumber energi positif yang menyebar dan menginspirasi yang lain," ujar Fathul.