Jumat 27 Nov 2020 15:38 WIB

Erick Saran Candi Borobudur tak Jadi Destinasi Wisata Massal

Candi Borobudur difokuskan menjadi heritage.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Petugas Balai Konservasi Borobudur (BKB) menutup stupa dengan menggunakan terpal di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (12/11). Penutupan stupa dan lantai Candi Borobudur untuk mengantisipasi abu vulkanis jika terjadi erupsi Gunung Merapi. Langkah ini diambil menyusul peningkatan status Siaga dan aktivitas vulkanik Merapi. Penutupan ini dilakukan secara bertahap, saat ini sudah ada 32 stupa di lantai 8 yang sudah ditutup terpal. Dan yang lain mengikuti perkembangan aktivitas Gunung Merapi.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Petugas Balai Konservasi Borobudur (BKB) menutup stupa dengan menggunakan terpal di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (12/11). Penutupan stupa dan lantai Candi Borobudur untuk mengantisipasi abu vulkanis jika terjadi erupsi Gunung Merapi. Langkah ini diambil menyusul peningkatan status Siaga dan aktivitas vulkanik Merapi. Penutupan ini dilakukan secara bertahap, saat ini sudah ada 32 stupa di lantai 8 yang sudah ditutup terpal. Dan yang lain mengikuti perkembangan aktivitas Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ingin memperbaiki tata kelola Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, yang berada di bawah pengelolaan PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko (Persero) atau TWC. Salah satu yang Erick soroti ialah dampak kapasitas pengunjung terhadap kondisi candi. 

"Candi Borobudur kita fokuskan menjadi heritage pariwisata tapi yang saya rasa perlu diperbaiki, Borobudur karena memang tentu dengan jumlah kapasitas yang terlalu terbuka akhirnya kerusakan terhadap candi jadi lebih masif," ujar Erick saat rapat koordinasi nasional percepatan pengembangan lima destinasi pariwisata super prioritas di Jakarta, Jumat (27/11).

Erick menilai penataan kembali Candi Borobudur, termasuk yang terkait dengan kapasitas pengunjung bertujuan menjaga kondisi candi yang merupakan warisan bersejarah bangsa. Erick berkaca pada gagasan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Victor Laiskodat yang berencana melakukan pembatasan pengunjung di Pulau Komodo.

"Waktu itu Pak Gubernur NTT pernah menjadi kontroversi ketika membawa isu Komodo Island, tapi saya rasa itu keputusan yang tepat karena kalau kita mau mass, saya rasa Borobudur jangan dijadikan mass, tapi mesti yang agak middle," ucap Erick. 

Oleh karena itu, Erick ingin membangun destinasi pariwisata pendukung di sekitar kawasan Candi Borobudur yang bisa dinikmati masyarakat luas. Hal ini menjadi solusi dalam memberikan akses bagi masyarakat yang ingin menikmati suasana Candi Borobudur.

"Yang mass-nya kita bangun juga di sekitar Borobudur, karena ini (Borobudur) kita lihat sesuatu yang tidak replaceable, kalau sesuatu yang bisa replaceable it's okay," lanjut Erick. 

Erick menambahkan gagasan penataan Candi Borobudur juga merupakan bagian dalam menarik wisatawan yang berkualitas. Hal tersebut akan mendongkrak pendapatan masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata. 

"Kita kan juga harus berhitung, kita target ke depan sendiri dari Pak Menperkraf kita tidak ingin terlalu banyak turis, tapi turis yang berkualitas sehingga impactful-nya ada untuk masyarakat kita," kata Erick menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement