Jumat 27 Nov 2020 17:13 WIB

Skenario Tasikmalaya Hadapi Peningkatan Kasus Covid-19

Meski ruang isolasi hampir penuhm RSUD dr Soekardjo masih sanggup menerima pasien

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Warga yang terjaring razia melanggar protokol kesehatan (prokes) menjalani sanksi sosial menyapu dan membersihkan sampah saat operasi yustisi di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (28/9/2020). Pemerintah Kota Tasikmalaya membentuk Tim Penindak Pelanggaran Prokes terdiri dari TNI, Polri, BPBD, Satpol PP, Dishub dan Dinkes dengan memberikan teguran tegas berupa bayar denda dan sanksi sosial kepada pelanggar berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2020 tentang peningkatan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19.
Foto: ADENG BUSTOMI/ANTARA
Warga yang terjaring razia melanggar protokol kesehatan (prokes) menjalani sanksi sosial menyapu dan membersihkan sampah saat operasi yustisi di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (28/9/2020). Pemerintah Kota Tasikmalaya membentuk Tim Penindak Pelanggaran Prokes terdiri dari TNI, Polri, BPBD, Satpol PP, Dishub dan Dinkes dengan memberikan teguran tegas berupa bayar denda dan sanksi sosial kepada pelanggar berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2020 tentang peningkatan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya masih terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dari total 667 kasus terkonfirmasi positif Covid-19, 254 orang di antaranya masih terus menjalani isolasi. Sementara, ketersediaan ruang isolasi di sejumlah fasilitas kesehatan memiliki batasan.

Kepala Bidang Pelayanan RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya, Dudang Erawan Suseno mengatakan, tingkat keterisian ruang isolasi di tempatnya per Jumat (27/11) telah mencapai 98 persen. Di sisi lain, setiap harinya pasien terkonfirmasi Covid-19 masih terus berdatangan. "Sampai hari ini, tingkat keterisiannya 98 persen," kata dia saat dihubungi Republika, Jumat (27/11).

Ia menyebutkan, RSUD dr Soekardjo memiliki 42 ruangan untuk menampung isolasi pasien positif Covid-19. Namun, hanya sembilan ruangan yang memiliki tekanan negatif dan sisanya 33 ruangan bertekanan alami. 

Ruangan yang bertekananan negatif itu dikhususkan untuk pasien dengan gejala berat. Sementara 33 ruangan lainnya bersifat fleksibel."Artinya ketika datang pasien dari satu klaster, bisa ditempatkan bersama di satu kamar ruangan itu. Maksimal bisa menampung sampai 60 pasien kalau dari satu klaster. Kalau dari klaster berbeda, itu harus dipisahkan," kata dia. 

Meski keterisian ruang isolasi sudah hampir penuh, Dudang mengatakan RSUD dr Soekardjo masih sanggung menangani pasien dengan kondisi saat ini. Pihak rumah sakit juga dalam waktu dekat berencana menambah kapasitas ruang isolasi. Namun, ia belum bisa memastikan kapan rencana itu akan terealisasi. 

"Karena bisa kita kondisikan dulu dengan yang ada saat ini. Kita juga kan harus melayani pasien lain. Untuk menambah itu kan tak bisa hanya satu lantai, tapi satu gedung agar tak terjadi penularan di tempat itu," kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah skenario jika kasus terkonfirmasi positif terus mengalami peningkatan. Skenario-sekenario itu berfokus pada penyediaan tempat isolasi pasien yang tersentralistik."Karena kalau untuk isolasi mandiri, kita khawatir justru muncul klaster keluarga," kata dia.

Uus menjelaskan, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya sejak lama terus meminimalisir penanganan pasien dengan isolasi mandiri. Karenanya, Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Universitas Siliwangi (Unsil) digunakan sebagai tempat isolasi pasien. 

Salah satu skenario yang akan diupayakan dalam mengatasi peningkatan kasus, menurut dia, adalah menambah kapasitas ruang isolasi di RSUD dr Soekardjo. Selain itu, Pemkot Tasikmalaya juga sudah menyiapkan satu hotel untuk tempat isolasi.

Ia menambahkan, saat ini pemkot juga masih membangun dua rumah sakit tipe C dan tipe D di Kota Tasikmalaya, yaitu Rumah Sakit Purbaratu dan Rumah Sakit Dewi Sartika. Kendati pembangunan dua rumah sakit itu belum sepenuhnya rampung, pihaknya akan mengupayakan untuk sementara dapat menggunakan lantai satu dua rumah sakit itu untuk dijadikan tempat isolasi."Ini kita upayakan satu lantai berfungsi untuk dijadikan rumah sakit darurat di bawah RSUD," kata dia.

Skenario terakhir,  pihaknya menggandeng lembaga tertentu untuk jadi tempat isolasi, seperti pesantren. Sebab, kasus Covid-19 dari lingkungan pesantren masih bermunculan dan jumlahnya tak sedikit.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement