REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh lingkungan hidup dan pendiri Yayasan Kehati Emil Salim mengingatkan Indonesia memiliki kepentingan untuk mencegah dampak perubahan iklim. Menurut dia, perubahan iklim akan berdampak langsung kepada wilayah Indonesia yang terdiri dari kepulauan.
Dalam acara penganugerahan KEHATI Awards 2020 yang dilakukan secara virtual pada Jumat (27/11), Emil mengingatkan bahwa pada 2019 telah terjadi kenaikan suhu global sebesar 1,1 derajat Celcius. Kenaikan suhu ini akibat melonjaknya emisi gas rumah kaca yang sebagian besar dihasilkan dari bahan bakar fosil.
"Apabila gejala ini berlangsung dan bumi semakin panas sehingga es di Kutub Utara dan Selatan mencair yang kena dampak kenaikan laut bukan hanya Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok dan Eropa. Tapi negara kepulauan, dan apa negara kepulauan itu? Republik Indonesia," kata Guru Besar Sekolah Ilmu Lingkungan Hidup Universitas Indonesia itu.
Melihat hal itu, Indonesia berkepentingan dalam usaha untuk mengekang perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya dengan menjaga ekosistem lingkungan hidup yang ada. "Kita berkepentingan agar ekosistem alami berjalan normal," kata Menteri Lingkungan Hidup periode 1978-1993 itu.
Dia juga memberi contoh bagaimana ekosistem yang rusak dapat menghasilkan pandemi seperti yang terjadi saat ini dengan COVID-19.
Emil mencontohkan kerusakan habitat membuat kelelawar semakin sering berinteraksi dengan manusia. Ini membuat memungkinkan terjadi zoonosis atau penyakit yang disebabkan penularan dari hewan ke manusia.
"Kita menderita penyakit COVID-19 karena ekosistem kelelawar terganggu oleh manusia," demikian ujar Emil.