Selasa 01 Dec 2020 07:39 WIB

Erdogan Berlakukan Jam Malam untuk Bendung Covid-19

Jam malam di Turki akan mulai berlaku hari ini, Selasa (1/12).

Rep: Mabruroh/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: Presidensi Turki via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki kembali mengumumkan pembatasan baru untuk membendung gelombang kedua Covid-19. Pembatasan baru akan dimulai pada Selasa (1/12), termasuk jam malam pada acara malam hari dan jam malam akhir pekan telah diberlakukan.

"Jam malam umum akan diterapkan setiap malam kerja dari jam 9 malam sampai jam 5 pagi," kata Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (1/12).

Baca Juga

Termasuk juga jam malam di akhir pekan, juga diberlakukan hal sama. Hanya beberapa sektor, termasuk produksi, pasokan, kesehatan, dan pertanian, akan dibebaskan dari jam malam. "Beberapa toko yang menyediakan layanan pengiriman ke rumah, seperti pasar dan tukang daging, juga akan dikeluarkan dari pembatasan akhir pekan," kata Erdogan.

Selain itu, mereka yang berusia 20 tahun ke bawah serta mereka yang berusia 65 tahun ke atas dilarang menggunakan transportasi umum. Kemudian restoran-restoran hanya boleh beroperasi dengan sistem pengiriman atau drive thru.

Taman kanak-kanak dan lembaga pendidikan serupa masih akan ditangguhkan. Sedangkan pemakaman dan pernikahan, hanya diizinkan dihadiri oleh 30 orang.

Tempat-tempat seperti pemandian Turki, sauna, salon pijat, kolam renang, dan taman hiburan juga akan menghentikan sementara aktivitasnya. Jumlah orang yang dapat memasuki jalan dan alun-alun yang ramai akan dibatasi oleh otoritas lokal.

Erdogan juga mengumumkan bahwa setiap orang akan diminta untuk menunjukkan kode HES elektronik masing-masing untuk menunjukkan status infeksi mereka - tersedia melalui aplikasi smartphone gratis - saat memasuki pusat perbelanjaan.

"Pertemuan rumah, termasuk perayaan Malam Tahun Baru, tidak akan diizinkan, sebagai bagian dari tindakan yang baru diumumkan," tegasnya.

Ketika gelombang kedua virus corona dimulai musim gugur ini, negara-negara di seluruh dunia telah memberlakukan kembali pembatasan demi kesehatan masyarakat. Drngan lonjakan kasus ini, Erdogan mendesak masyarakat untuk lebih berhati-hati dan sabar saat negara tersebut memerangi pandemi. “Tidak ada pilihan selain meminimalkan mobilitas manusia untuk mengurangi dampak negatif pandemi,” tambahnya.

Erdogan mengatakan dengan datangnya musim gugur dan musim dingin, kasus pilek dan flu juga meningkat. Kondisi itu menambah beban pada sistem perawatan kesehatan.

Turki telah menandatangani perjanjian dengan China untuk membeli 50 juta dosis vaksin. Erdogan mengatakan dalam beberapa bulan mendatang vaksinasi akan diberikan pertama kali kepada petugas kesehatan. "Vaksin itu akan gratis untuk semua orang," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca menambahkan, bahwa pembicaraan untuk membeli sekitar 25 juta dosis dari Jerman juga sedang berlangsung.accc

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement