REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Duta Besar Iran untuk Rusia Kazem Jalali mengisyaratkan terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka negaranya Mohsen Fakhrizadeh. Sebelumnya Teheran telah menuding Israel sebagai dalang di balik pembunuhan tersebut.
“Secara umum, bukan berita besar bahwa musuh kami menggunakan terorisme terhadap Iran. Selain itu, kami tahu siapa di balik segalanya, termasuk beberapa pemerintah,” kata Jalali kepada lembaga penyiar Rossiya 24, dikutip laman Sputnik pada Selasa (2/12).
Namun, dia tetap menyatakan Israel merupakan dalang utama pembunuhan Fakhrizadeh. “Saat ini, semua bukti langsung dan tidak langsung yang kami miliki menunjukkan bahwa Israel berada di balik serangan itu, seperti sebelumnya,” ujarnya.
Pada 27 November lalu, Fakhrizadeh diserang kelompok "teroris bersenjata" di timur Teheran. Baku tembak sempat terjadi antara pengawalnya dan kelompok penyerang. Namun, Fakhrizadeh tetap tertembak. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawanya tak tertolong.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) turut mengikuti kasus pembunuhan Fakhrizadeh. IAEA sebenarnya telah mencurigai Fakhrizadeh sebagai tokoh yang mengawasi pekerjaan rahasia persenjataan Iran, yakni memasang hulu ledak nuklir pada rudal balistik.
Iran sudah berulang kali membantah memiliki program pengembangan senjata semacam itu. Selama ini, sosok Fakhrizadeh memang tak banyak terekspose. Dia bekerja dalam bayang-bayang.
Namun pada 2011, IAEA mengidentifikasi Fakhrizadeh sebagai tersangka kepala AMAD Plan, sebuah proyek rahasia terkait pengembangan senjata nuklir Iran. AMAD Plan diyakini telah dimulai sejak akhir dekade 1980-an.
Proyek rahasia itu diperkirakan dihentikan pada 2003. Namun, dalam laporannya pada 2011, IAEA meyakini beberapa pekerjaan terkait terus berlanjut. Fakhrizadeh pun mempertahankan "peran organisasi utama".
Dalam penilaian akhir pada 2015, IAEA mengatakan bahwa upaya pengembangan senjata nuklir tampaknya telah berakhir pada 2009. Fakhrizadeh adalah satu-satunya ilmuwan Iran yang disebutkan dalam laporan tersebut.
Pada 2018, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pernah mengatakan bahwa negaranya telah menyita "arsip" besar dokumen Iran. Para diplomat menyebut arsip itu tampaknya menyertakan informasi tambahan tentang kegiatan yang dilakukan selama kepemimpinan Fakhrizadeh atas AMAD Plan di awal 2000-an. "Ingat nama itu, Fakhrizadeh," kata Netanyahu pada presentasi materi tahun 2018, dikutip laman Middle East Monitor.
Sejak itu, IAEA telah memeriksa beberapa situs yang mungkin terkait dengan AMAD Plan. Mereka berupaya mengisi beberapa celah informasi. Namun, sejauh ini tidak mengungkapkan bidang-bidang utama senjata baru. Berapa lama tepatnya Iran perlu membangun senjata nuklir jika memilih melakukannya juga masih belum jelas.