Sabtu 05 Dec 2020 16:52 WIB

Penonton dan Musisi Jazz Gunung Wajib Tes Antigen

Biaya tes antigen penonton-musisi Jazz Gunung ditanggung oleh panitia.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Tes antigen Covid-19. Penyelenggara Jazz Gunung mewajibkan penonton dan musisi untuk menjalani tes antigen Covid-19.
Foto: EPA
Tes antigen Covid-19. Penyelenggara Jazz Gunung mewajibkan penonton dan musisi untuk menjalani tes antigen Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengalaman menyimak konser langsung dari gunung segera bisa kembali dirasakan penggandrung musik. Pada 12 Desember mendatang, dua konser bakal digelar bersamaan, yakni Jazz Gunung Bromo secara virtual dan Jazz Gunung Ijen.

Penggagas Jazz Gunung Indonesia Sigit Pramono menyampaikan, konser Jazz Gunung Ijen digelar langsung dari lokasi. Penonton yang hadir berjumlah sangat terbatas. Mayoritas adalah undangan dan sebagian lain melakukan registrasi terlebih dahulu.

Baca Juga

Kapasitas amfiteater Jazz Gunung Ijen yang dalam keadaan normal bisa menampung 1.000 orang, kini hanya diperuntukkan bagi 300 orang. Ada syarat dan kewajiban yang harus dilakoni penonton serta musisi dan panitia acara yang terlibat di lokasi.

Sigit mengatakan, semua orang yang berada di kawasan wajib melakukan tes antigen, yang dihadirkan oleh Gerakan Sejuta Tes Antigen. Tujuannya, guna meyakinkan bahwa tidak ada satupun orang yang positif terinfeksi virus corona di lokasi.

Mereka juga wajib mengenakan masker berstandar SNI yang didukung oleh Gerakan Pakai Masker, serta menjaga jarak aman. Penyelenggara pun menyediakan tempat cuci tangan di seantero titik serta hand sanitizer dalam jumlah memadai.

"Kami memberanikan diri mengusung pertunjukan kombinasi hibrida, yaitu penyelenggaraan di lokasi Ijen Banyuwangi, serta konser virtual Bromo, dengan menerapkan protokol kesehatan ketat," ungkap Sigit pada konferensi pers virtual, Jumat (4/12) petang.

Sigit menginformasikan, biaya tes antigen ditanggung oleh panitia. Tenaga medis yang bertugas juga hadir di lokasi. Namun, tidak menjadi masalah apabila penonton sudah melakukan tes sendiri, asalkan masa berlaku hasil tes tidak terlewati.

Dengan langkah tersebut, Sigit berharap Jazz Gunung Indonesia yang telah berlangsung selama 12 tahun bisa tetap eksis. Tidak hanya mengangkat harkat musik jaz dan musisi jaz, tetapi juga menjadi ajang promosi tempat wisata Indonesia.

"Semoga upaya ini akan menjadi contoh bagaimana menyelenggarakan konser saat pandemi dan membangkitkan lagi sektor MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Apa yang kami lakukan adalah uji coba yang nanti akan didokumentasikan untuk menjadi bahan pembelajaran bersama," ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sonny Harmadi mengapresiasi gagasan dari Jazz Gunung Indonesia. Dia menyampaikan, perilaku masyarakat menghadapi pandemi memang telah mengalami pergeseran.

Pada awal Covid-19 merebak, ada semacam kepanikan. Pemerintah pun menetapkan berbagai kebijakan darurat kesehatan. Misalnya, membangun rumah sakit darurat, mencari alat pelindung diri (APD) sebanyak-banyaknya, serta pengadaan ventilator untuk penanganan pasien.

Selang beberapa bulan kemudian, cara menghadapi pandemi berubah. Banyak orang sudah mengenali cara menghindari penyakit. Begitu juga dokter dan tenaga medis yang kian tahu penanganan pasien. Perilaku bergeser ke strategi ketahanan kesehatan masyarakat.

Ketahanan tersebut, menurut Sonny, membutuhkan respons yang tepat dan perilaku adaptif. Perilaku yang mampu mencegah penularan, yakni dengan memakai masker, menjaga jarak, tidak menyentuh wajah, dan mencuci tangan.

Sonny beranggapan, bisa saja masyarakat menyimak konser di tengah pandemi, asalkan mematuhi panduan kesehatan yang ada. Selain itu, panitia perlu melakukan pengawasan ekstra terhadap penonton dan siapapun yang ada di lokasi tersebut nantinya.

"Kalau merasa dekat, seringkali sulit menjaga jarak. Dekat dalam artian kenal baik atau bagian dari keluarga. Tetap ada risiko, tetapi mudah-mudahan dengan mitigasi bisa diatasi. Pelaksanaan di lapangan, harus diingatkan berkali-kali," tutur Sonny.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement