REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Ratusan orang di Kecamatan Talegong dan Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, masih mengungsi akibat terdampak longsor. Tanah longsor terjadi beberapa hari lalu dan menyebabkan rumah warga di dua kecamatan itu terdampak.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan mengatakan, terdapat 59 kepala keluarga (KK) atau 180 jiwa yang masih mengungsi di Kecamatan Talegong. Sementara di Cisewu, terdapat 245 KK atau 676 jiwa warga yang mengungsi.
"Bupati sudah memberikan logistik dan kebutuhan di tempat pengungsian," kata dia saat dihubungi Republika, Ahad (6/12).
Menurut dia, penerapan protokol kesehatan di lokasi pengungsian juga dilakukan dengan maksimal. Petugas di lapangan berupaya mengelompokkan pengungsi di lokasi pengungsian per keluarga. Dengan begitu, pengawasannya dapat lebih mudah.
Tubagus mengatakan, pihak kecamatan di Cisewu telah menentukan lokasi untuk relokasi rumah warga. Namun, tempat relokasi itu harus dikaji terlebih dulu oleh Pusat Vulakologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) agar aman untuk ditinggali.
Tubagus menilai, ratusan rumah warga di Kecamatan Cisewu yang terdampak longsor sudah tak layak ditinggali. Sebab, jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dikhawatirkan akan terjadi longsor susulan.
Berdasarkan data PVMBG, dua wilayah itu memang memiliki potensi pergerakan tanah dan tanah longsor menengah hingga tinggi pada Desember 2020. Tubagus mengimbau warga yang berada di dua wilayah itu terus berhati-hati menghadapi potensi bencana yang dapat terjadi. Apalagi, hujan dengan intensitas tinggi diperkirakan masih terjadi.
Sementara itu, Bupati Garut Rudy Gunawan telah mengunjungi langsung kondisi pengungsi terdampak longsor di Kecamatan Talegong. Dalam kunjungannya tersebut, Bupati juga memberikan bantuan berupa susu untuk anak-anak dan uang tunai untuk para korban bencana.
Rudy menjamin, selama di lokasi pengungsian, kebutuhan warga terdampak longsor akan ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Garut. "Kita lakukan program pembersihan, dokter siap siaga 24 jam, ini masa pandemi jadi protokol kesehatan tetap lakukan, semoga mereka sabar, kita pemerintah daerah bisa memberikan langkah-langkah konkret untuk menyelesaikan masalah kemanunisaan ini," kata dia.
Selain ke Talegong, Rudy juga mengunjungi para pengungsi terdampak longsor di Kecamatan Cisewu. Di lokasi itu, ia memberikan 36 unit kasur untuk para pengungsi agar bisa tidur dengan nyaman di lokasi pengungsian.
Rudy menuturkan, pemberian kasur ini bermaksud agar pengungsi yang sudah lanjut usia bisa terlayani dengan baik. “Kasur sedang menuju ke sini supaya nanti terutama orang-orang tua bisa dilayani dengan baik. Posko untuk makanan sudah tersedia, malam ini kadinsos (Kepala Dinas Sosial) menuju lagi kesini untuk memperkuat posisi material yang akan dipasang,” kata dia.
Ia mengingatkan, para pengungsi harus tetap menerapkan protokol kesehatan di lokasi pengungsian. Sebab, masa pandemi Covid-19 belum berakhir. "Kita di masa pandemi tetap menerapkan protokol kesehatan,” kata Rudy.
Berdasarkan data terakhir, setidaknya terdapat 245 KK dengan 676 jiwa yang mengungsi akibat terdampak longsor di Kecamatan Cisewu. Ratusan warga itu dipusatkan di empat titik lokasi pengungsian.
Sebanyak 104 KK atau 280 jiwa diungsikan ke Gedung Madrasah Ibtidaiyah An-nur Cigentur, 111 KK atau 316 jiwa diungsikan ke GOR Desa Cisewu, 18 KK atau 44 jiwa diungsikan ke RA Al Fajar Cisamak, dan 12 KK atau 36 jiwa diungsikan ke rumah kepala Desa Pamalayan.