REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan, saat ini belum ada data terkait vaksin Covid-19 Sinovac aman atau tidak. Vaksin Sinovac ini secara jelas masih dalam uji fase tiga. Maka, pemerintah harus hati-hati untuk melakukan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
"Data itu sangat penting ya. Sejak Juli, China sudah gunakan vaksin Sinovac tapi sampai sekarang belum ada data yang ilmiah dari vaksin tersebut. Pertanyaan dari kalangan ilmuwan, bagaimana datanya? tidak ada transparan dari hasil riset vaksin itu," katanya saat dihubungi Republika, Rabu (9/12).
Dia mengatakan, proses vaksin Covid-19 yang dilakukan oleh Universitas Padjadjaran dengan Bio Farma di Bandung, Jawa Barat itu sudah baik dan layak untuk menunggu hasilnya. Pemerintah tidak usah terburu-buru. Sebab, banyak permasalahan yang belum selesai seperti angka reproduksi, melandaikan kurvanya dan penjelasan pemerintah terkait program vaksinasi Covid-19 ke masyarakat.
"Kenapa harus terburu-buru? sebelum ada data yang memadai terkait vaksin Sinovic tentu berbahaya melakukan program vaksinasi. Lebih baik menunggu vaksin yang dibuat di dalam negeri. Lagipula, masih banyak masalah Covid-19 di Indonesia yang belum selesai. Kurva kasus Covid-19 semakin naik setiap hari," kata dia.
Sebelumnya diketahui, Vaksin siap pakai dari perusahaan biofarmasi asal Cina, Sinovac, tiba di Indonesia Ahad malam. Berdasarkan tayangan video yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, sebanyak 1,2 juta dosis vaksin dari Cina yang diangkut menggunakan Pesawat Garuda Boeing 777-300 itu mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, sekitar pukul 21.30 WIB.
Efektivitas vaksin Sinovac menjadi pertanyaan besar publik pascakedatangannya di Tanah Air. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga belum mendapatkan informasi efektivitas dan keamanan 1,2 juta dosis Vaksin Covid-19 Sinovac yang tiba di Indonesia, Ahad (6/12) kemarin.
"Efektivitas vaksin Sinovac? Tidak tahu, pendapat harus berdasarkan data. Saat ini BPOM sedang mengumpulkan data hasil penelitian untuk kemudian dianalisis apakah aman dan efektif," kata Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban saat dihubungi Republika, Rabu (9/12).