Jumat 11 Dec 2020 18:53 WIB

Penurunan Emisi Karbon karena Pandemi Terancam Kembali Naik

Peralihan ke energi bersih dinilai perlu diprioritaskan pemerintah dunia

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Emisi karbon
Foto: concurringopinions.com
Emisi karbon

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Emisi karbon diprediksi bakal meningkat kembali selama 2021 dan tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, pemerintah dinilai perlu memprioritaskan peralihan ke energi bersih serta kebijakan yang bertujuan untuk mengatasi perubahan iklim dalam rencana pemulihan ekonomi mereka.

Menurut para peneliti di University of East Anglia (UEA), University of Exeter dan Proyek Karbon Global, lockdown atau karantina wilayah akibat pandemi global serta pembatasan Covid-19 menyebabkan emisi gas rumah kaca menurun sekitar 2,4 miliar ton pada 2020, turun 7 persen dari 2019. Emisi dari transportasi jalan raya dan penerbangan, yang bertanggung jawab atas bagian terbesar dari penurunan global, juga berada di bawah levelnya sekitar 10 persen dan 40 persen pada Desember. Hal itu karena pembatasan Covid-19 masih diberlakukan.

Baca Juga

Emisi karbon global harian turun 17 persen ketika lockdown mencapai maksimum pada April, terutama di seluruh Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Namun sejak itu melonjak dan mendekati level 2019 kembali, menurut data yang diberikan oleh Proyek Karbon Global.

"Semua elemen belum ada untuk penurunan berkelanjutan dalam emisi global, dan emisi perlahan-lahan kembali ke level 2019," kata Corinne Le Quere, profesor di Sekolah Ilmu Lingkungan UEA dikutip laman Sputnik, Jumat (11/12).

"Tindakan pemerintah untuk merangsang ekonomi di akhir pandemi Covid-19 juga dapat membantu menurunkan emisi dan mengatasi perubahan iklim," ujarnya menambahkan.

Laporan tersebut mencatat bahwa AS dan Eropa mengalami penurunan emisi karbon terbesar dengan masing-masing 12 dan 11 persen. Sementara di India emisi karbon turun 9 persen.

Di China, penurunan karbon tercatat paling sedikit hanya 1,7 persen, di mana tindakan lockdown terjadi lebih awal pada 2020 dan durasinya lebih terbatas. Dari situ pembatasan emisi karbon terjadi sebelum emisi karbon kembali meningkat.

Meski emisi global lebih rendah pada 2020, tingkat konsentrasi karbon di atmosfer masih terus meningkat, terus memanaskan Bumi, mencairkan es, dan menaikkan permukaan laut.

"Sistem iklim didorong oleh jumlah total CO2 yang ditempatkan di atmosfer selama berabad-abad," ujar Glen Peters, direktur penelitian International Climate Research di Norwegia dan anggota Global Carbon Project.

Menurutnya, meskipun emisi turun pada 2020, tetapi masih berada pada level yang sama dengan 2012. "Penurunan tersebut tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah total emisi CO2 selama beberapa abad terakhir," ujarnya.

Tahun ini, kebakaran hutan yang disebabkan oleh perubahan iklim menghanguskan sejumlah rekor tanah di AS Bagian Barat. Selain itu, musim badai Atlantik tercatat paling aktif dan menghancurkan di Amerika Tengah serta Pantai Teluk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement