REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, laju ekspor Indonesia sepanjang November 2020 mencapai 15,28 miliar dolar AS. Kepala BPS, Suhariyanto, angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak awal tahun ini.
"Bahkan, kalau kita mundur ke belakang lagi, ekspor ini adalah yang tertinggi sejak Oktober 2018. Saat itu, ekspornya 15,91 miliar dolar AS," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Selasa (15/12).
Ia mengatakan, melonjaknya nilai tersebut didukung oleh kinerja ekspor barang non migas. Secara umum, komoditas-komoditas andalan ekspor dari Indonesia mengalami kenaikan harga. Seperti misalnya minyak kernel, kelapa sawit, seng, alumunium, batubara, karet, dan tembaga.
Adanya kenaikan permintaan dinilai turut meningkatkan ekspor Indonesia. Oleh karena itu, Suhariyanto mengatakan, tingginya angka ekspor nasional pada November 2020 bukan karena faktor musiman.
"Permintaan dari negara tujuan utama meningkat dan tentunya ada peningkatan harga," kata dia.
Lebih detail, ekspor barang non migas yang paling tinggi yakni lemak dan minyak hewan nabati senilai 2,35 juta dolar AS. Ekspor komoditas ini naik 23,62 persen. Ekspor terbesar kedua yakni bahan bakar mineral senilai 1,5 juta dolar AS dengan nilai 21,73 persen. Adapun posisi ketiga adalah besi dan baja senilai 1,27 juta dolar AS, naik 19,72 persen dari bulan sebelumnya.
Selain itu, komoditas non migas yang turut mendongkrak ekspor Indonesia uakni mesin dan perlengkapan elektrik, logam mulia dan perhiasan, karet dan barang dari karet, mesin dan peralatan mekanik, kertas dan karton, bijih terak dan abu logam, serta tembaga dan barang dari tembaga.
"Selama Januari-November 2020, ekspor dari 10 golongan barang itu memberikan kontribusi 55,53 persen terhadap total ekspor non migas," ujarnya.
Adapun, ia melanjutkan, 10 golongan barang tersebut tumbuh 1,2 persen laju ekspornya jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.