Rabu 16 Dec 2020 23:38 WIB

Pentingnya Psikologi-Kesehatan dalam Belajar Saat Pandemi

UI menggelar webinar terkait psikologi dan kesehatan bagi guru Nurul Fikri

Universitas Indonesia (UI), melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaaan Masyarakat UI skema Ipteks bagi Masyarakat (IbM), telah menyelenggarakan kegiatan bertajuk ‘Pentingnya Mengenali Psikologi dan Kesehatan dalam Pelaksanaan Pembelajaran di Masa Pandemi’. Kegiatan tersebut ditujukan kepada para guru di Pesantren Nurul Fikri Boarding School (NFBS) dan Pondok Pesantren Darul Fallah, Bogor.
Foto: istimewa
Universitas Indonesia (UI), melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaaan Masyarakat UI skema Ipteks bagi Masyarakat (IbM), telah menyelenggarakan kegiatan bertajuk ‘Pentingnya Mengenali Psikologi dan Kesehatan dalam Pelaksanaan Pembelajaran di Masa Pandemi’. Kegiatan tersebut ditujukan kepada para guru di Pesantren Nurul Fikri Boarding School (NFBS) dan Pondok Pesantren Darul Fallah, Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Universitas Indonesia (UI), melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaaan Masyarakat UI skema Ipteks bagi Masyarakat (IbM), telah menyelenggarakan kegiatan bertajuk ‘Pentingnya Mengenali Psikologi dan Kesehatan dalam Pelaksanaan Pembelajaran di Masa Pandemi’. Kegiatan tersebut ditujukan kepada para guru di Pesantren Nurul Fikri Boarding School (NFBS) dan Pondok Pesantren Darul Fallah, Bogor. 

Kegiatan multidispilin ini melibatkan pakar dari Fakultas Kedokteran, Psikologi, Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan edukasi kepada mereka mengenai pentingnya mengenali psikologi diri dan anak didik serta menjaga kesehatan khususnya di lingkungan pesantren. 

Dalam hal ini peran guru sangatlah penting sebagai agen pemberi motivasi serta edukasi kepada para muridnya dalam menghadapi perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi ini. 

Pandemi COVID-19 yang saat ini masih berlangsung telah berdampak kepada banyak sektor, tidak terkecuali sektor pendidikan. Salah satu penyesuaian pada masa ini adalah perubahan pada sistem pembelajaran yang sebelumnya, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara tatap muka kemudian dialihkan menjadi sistem daring. 

Tidak sedikit guru maupun murid yang merasa kesulitan baik dalam memberikan dan menerima pembelajaran secara daring. Adanya sistem yang masih dalam tahap adaptasi ini berpengaruh kepada sisi psikologis dari para guru maupun murid. Sehingga perlu diperhatikan bersama bahwa psikologis dan kesehatan ini adalah hal penting untuk dipahami.

Berangkat dari fenomena ini, maka diselengggarakannya pelatihan untuk para guru di pesantren melalui kegiatan webinar secara daring. Pelatihan yang diberikan cukup beragam, diawali dengan edukasi kesehatan baik dari sisi kesehatan masyarakat (preventif) serta dari sisi klinis; Kesehatan mental dan pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi serta  pelatihan mengenali Dampingan Psikologi Awal (DPA) yang di sampaikan oleh para narasumber yang berpengalaman dibidangnya. Ketua pelaksana dari kegiatan ini adalah Dini Rahma Bintari, Ph.D yang merupakan dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 

Program ini dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2020 dengan peserta para guru dari NFBS Bogor dan tanggal 28 Oktober 2020 dengan peserta para guru dari Pondok Pesantren Darul Fallah Bogor.

Dini Rahma Bintari, Ph. D, dosen di Fakultas Psikologi Univeristas Indonesia mengaku mengelola kelas di tengah pandemi merupakan suatu tantangan dalam menjalankan pendidikan dengan cara yang berbeda. Masa pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kondisi fisik, namun juga kondisi mental kita, seperti timbulnya perasaan cemas, takut, sedih, ataupun jenuh karena sudah terlalu lama berada di rumah. 

"Oleh karena itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental diri kita sendiri di tengah masa pandemi COVID-19 seperti melakukan aktivitas positif sehari-hari, berfikir positif, memiliki fleksibilitas terhadap ekspektasi, miliki selera humor, dan memperbanyak mengingat Tuhan.” 

Disisi lain Fitriany Juhari, M.Psi., seorang psikolog mengatakan, memberikan pertolongan psikologis pertama (Pcychological First Aid/PFA) pada rekan kerja atau siswa penting dilakukan untuk memberikan dukungan emosional, mengurangi tekanan, mencegah terganggunya kesehatan mental orang-orang yang mengalami situasi krisis (baik krisis dalam skala besar maupun krisis individual). Menurutnya, PFA dapat diberikan selama atau segera setelah sebuah peristiwa krisis terjadi pada seseorang. PFA dapat dilakukan dimanapun yang aman bagi pemberi dan penerima PFA, idealnya di tempat yang bisa bicara tentang privasi. Dapat dilakukan rumah, sekolah, tenda darurat, lokasi evakuasi atau lokasi lainnya yang dapat diakses pada masa krisis tersebut.

Selain itu beliau juga memaparkan cara-cara melakukan PFA dengan baik. Serta hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Memberikan PFA pada Siswa Usia Anak- Anak Hingga Remaja.

Tantangan lain yang harus dihadapi di masa pandemi ini adalah tantangan dalam menjalankan pendidikan secara berbeda. Berdasarkan panduan yang disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri, terdapat ketentuan umum dan khusus yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan pendidikan pada masa pandemi. Adapun ketentuan umum yaitu ketentuan yang bedasarkan pada status areanya, apakah area tersebut termasuk kedalam zona hijau, zona kuning, zona oranye atau zona merah. Sedangkan ketentuan khusus yaitu ketentuan yang bedasarkan pada perjalanan yang dilalui nya. 

Bedasarkan ketentuan tersebut, banyaknya satuan pendidikan termasuk pesantren yang belum dapat menyelenggarakan pembelajaran secara tatap muka di karenakan status daerahnya. Namun ada pula beberapa pesantren yang sudah mengaktifkan kembali kegiatan pembelajaran secara tatap muka, seperti yang sudah di terapkan di Pondok Pesantren Darul Fallah Bogor. 

Pada kesempatan tersebut, para guru diberikan edukasi mengenai beberapa hal yang perlu dilakukan dan di perhatikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di pesantren di masa pandemi ini. 

Sesuai dengan yang dikatakan oleh dr. Rulliana Agustin, M.Med.Ed kegiatan pembelajaran secara tatap muka di pesantren dapat dilaksanakan dengan memperhatikan serta melaksanakan protokol Kesehatan.

Protokol kesehatan itu seperti menyediakan ruang isolasi yang berada terpisah dengan kegiatan pembelajaran atau kegiatan lainnya, menyediakan makanan gizi seimbang yang dimasak sampai matang dan disajikan oleh penjamah makanan (juru masak dan penyaji) dengan menggunakan sarung tangan dan masker. Serta menghimbau agar menggunakan kitab suci dan buku/bahan ajar pribadi, serta menggunakan peralatan ibadah pribadi yang dicuci secara rutin.

Pada kesempatan yang sama, Vetty Yulianty Permanasari, S.Si., M.PH memberikan edukasi kepada para guru mengenai aspek kesehatan masyarakat dalam penanganan COVID-19 di sekolah/pesantren dengan berlandaskan prinsip agama.

Pakar Kesehatan dan Keperawatan Jiwa yang terlibat dalam tim, Herni Susanti SKp,MN, PhD menegaskan bahwa upaya yang holistik  dalam meningkatkan kesehatan jiwa  di lingkungan pesantren tidak boleh dianggap sepele, apalagi dimasa pandemi Covid-19 ini. Upaya ini  harus sejalan dengan upaya lainnya di bidang fisik, sosial dan spiritual kepada guru, dan hal ini dapat memberikan dampak positif kepada murid dan orang-orang terdekat mereka. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement