REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan dapat berpotensi meningkatkan risiko kematian seseorang. Temuan itu terungkap dalam studi yang digagas Departemen Epidemiologi dan Pencegahan IRCCS Neuromed, Italia.
Makanan olahan yang dimaksud termasuk keripik dan hidangan yang dimasak menggunakan microwave. Begitu juga menu cepat saji, atau makanan yang mengandung banyak garam, gula, dan minyak, tetapi memuat nutrisi yang cenderung rendah.
Pada dasarnya, makanan demikian diproses secara ekstensif dan bukan berupa makanan utuh. Banyak orang memilih konsumsi makanan "olahan ultra" ini karena kemudahan dan daya tarik rasa yang menggugah selera.
Padahal, semua itu membuka jalan bagi penyakit jantung dan secara drastis membuat risiko kematian melonjak. Menurut studi para peneliti, jika dikonsumsi berlebihan semua makanan itu dapat merusak kesehatan.
Tim periset menggunakan data lebih dari 22 orang. Hasilnya, konsumsi makanan olahan dalam jumlah besar tercatat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 58 persen dan risiko kematian secara umum sebesar 26 persen.
Data juga menganalisis kebiasaan makan dan masalah kesehatan peserta selama hampir satu dekade. Secara khusus, konsumsi makanan mengandung gula secara berlebihan menyumbang 40 persen dari risiko kematian yang diamati.
Para peneliti berspekulasi bahwa aspek pemrosesan produk dan frekuensi menyantapnya yang punya peran besar. Karena itu, masyarakat diimbau memperhatikan cara pengolahan makanan, bukan cuma melihat nutrisi dan menghitung jumlah kalorinya.
Lebih baik repot dan menghabiskan beberapa menit tambahan untuk memasak makan siang alih-alih menghangatkan wadah di microwave. Pilih makanan utuh daripada berbelanja makanan ringan kemasan, dikutip dari laman Slashgear, Jumat (18/12).