REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustadz Ali Mashar, MA, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Rijalul Ansor
Ru’ya shadiqah disebut sebagai bagian dari nubuwwah. Di antara mimpi yang benar itu adalah mimpi bertemu Rasulullah SAW, dan nubuat hanya datang dari Allah SWT(bagian dari wahyu), maka barang siapa berbohong bahwa dia mendapatkan ru’ya shadiqah, maka dia telah berbohong bahwa Allah telah memperlihatkan sesuatu kepadanya, padahal tidak.
Dan berbohong atas nama Allah jauh lebih besar dosa dan kekejiannya daripada kebohongan biasa. Berikut ini teks dalam kitab Tuhfat al-Ahwadziy:
قيل: قد صح الخبر أن الرؤيا الصادقة جزء من النبوة، والنبوة لا تكون إلا وحياً، والكاذب في رؤياه يَّدعي أن الله تعالى أراه ما لم يره، وأعطاه جزءاً من النبوة لم يعطه إياه، والكاذب على الله تعالى أعظم فرية ممن كذب على الخلق أو على نفسه.
Dalam Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadits riwayat Ibnu Abbas, di mana Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلُمٍ لَمْ يَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ، وَلَنْ يَفْعَلَ» رواه البخاري
وقوله: «تَحَلَّمَ بِحُلُمٍ» تكلف الحلم أو ادعى أنه رأى حلمًا. و«كُلِّفَ»: أي يوم القيامة، وذلك التكليف نوع من العذاب. و«يَعْقِدَ» يوصل. و«لَنْ يَفْعَلَ» لن يقدر على ذلك، وهو كناية عن استمرار العذاب عليه.
“Barang siapa mengaku-aku telah bermimpi sesuatu padahal dia tidak bermimpi seperti yang dikatakannya, dia akan disiksa di akhirat dengan siksa yang terus menerus. Siksa ini diistilahkan dengan “يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ ”: Menggabungkan dua butir biji gandum, dan dia tidak akan pernah bisa melakukannya, mengisyaratkan suatu adzab yang terus-menerus.”