REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar orang terbiasa buang air besar di pagi hari tepatnya setelah bangun dari tidur. Baru-baru ini para ahli menemukan bahwa kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat memengaruhi kebiasaan buang air besar Anda, bahkan menyebabkan gejala seperti sembelit dan diare.
Ahli gastroenterologi dan Direktur Laboratorium Motilitas Gastrointestinal di Mass General, Kyle Staller mengatakan bahwa tidur yang cukup dan teratur dapat membantu mengatasi masalah gastrointestinal (GI) Anda. Selain itu, berikut beberapa kaitan antara tidur dan rutinitas buang air besar Anda.
1. Kebanyakan orang merasa perlu buang air besar segera setelah bangun tidur
Jika Anda selalu merasa haus ketika bangun tidur, itu tandanya saluran pencernaan Anda bekerja dengan baik. Jill Deutsch, ahli gastroenterologi Yale Medicine, mengatakan bahwa usus besar memiliki jam biologis yang menstimulasinya untuk melepas lonjakan hormon seperti kortisol, yang menyebabkannya berkontraksi lebih kuat.
“Hal ini pada gilirannya mendorong semua kotoran yang tersisa dari hari sebelumnya ke dalam rektum Anda, sehingga biasanya Anda ingin buang air besar sekitar tiga puluh menit setelah bangun,” kata Deutsch seperti dikutip dari laman Live Strong pada Senin (28/12).
Anda bisa membantu mempercepat proses buang air besar dengan rutinitas pagi, seperti melakukan peregangan, sarapan, minum air putih dan kopi.
2. Kualitas tidur buruk bisa menyebabkan masalah buang air besar
Menurut Staller, baik penurunan maupun penambahan waktu tidur dapat menyebabkan sembelit. Karenanya disarankan tidur yang cukup antara tujuh hingga delapan jam di malam hari.
"Satu teori mengatakan bahwa tidur memiliki semacam peran restoratif dalam hal mengatur pergerakan usus. Jika Anda tidak cukup tidur atau kualitas tidur buruk, maka otak Anda mungkin tidak menyediakan cukup isyarat untuk memungkinkan usus Anda bangun dengan cara tradisional dan berkontraksi,” jelas Dr Staller.
3. Jet lag dapat mengacaukan saluran GI Anda
Ketika baru tiba di suatu daerah atau destinasi, sebagian orang kerap mengalami sembelit. Menurut Christine Lee, ahli gastroenterologi di Klinik Cleveland, salah satu alasan mengapa hal itu terjadi adalah karena jet lag.
"Ketika Anda mengganti zona waktu dan keluar dari rutinitas tidur Anda, itu bisa mengganggu ritme sirkadian Anda," jelas Lee.
Akibatnya, tubuh Anda menjadi bingung, dan lonjakan kortisol pagi yang biasa Anda alami itu tidak terjadi. Sebuah studi Februari 2003 di The American Journal of Gastroenterology mengamati orang-orang yang bepergian dari Eropa ke Amerika Serikat dan menemukan bahwa hampir 40 persen melaporkan sembelit dan gejalanya menjadi lebih buruk jika jet lag mereka semakin jelas.
“Ini juga membantu menjelaskan mengapa pekerja shift lebih rentan terhadap kondisi seperti sindrom iritasi usus besar. Ketika waktu kerja terus berubah, otak Anda mungkin tahu jam berapa sekarang, tetapi tubuh Anda belum memiliki kesempatan untuk mengganti pola siang dan malam, yang merusak saluran pencernaan Anda,” kata Lee.
4. Tidur mempengaruhi microbiome Anda
Mikrobioma, campuran bakteri baik dan jahat yang ditemukan di saluran pencernaan Anda, terkait dengan kualitas tidur. Menurut sebuah studi April 2019 di jurnal medis Sleep, kualitas tidur yang baik secara signifikan dikaitkan dengan mikrobioma yang lebih sehat.
Tetapi apakah mikrobioma yang buruk memengaruhi pola tidur, atau kualitas tidur memengaruhi mikrobioma masih belum diketahui. Yang pasti jika Anda kurang tidur, tubuh akan melepaskan hormon spesifik yang dikenal sebagai sitokin yang meningkatkan peradangan.
"Ini mungkin tidak hanya mengubah bakteri usus Anda, tetapi mereka juga dapat menyebabkan keinginan makan karbohidrat dan pesta makan yang berdampak lebih jauh pada mikrobioma Anda," katanya.