REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perselisihan antara Amerika Serikat (AS) dan China tampaknya masih bakal berlanjut pada masa pemerintahan presiden terpilih Joe Biden. Dia telah menyebut bahwa Washington perlu membangun koalisi dengan negara-negara sepemikiran untuk menghadapi Beijing.
"Saat kami bersaing dengan China untuk meminta pertanggungjawaban China atas pelanggaran perdagangan, teknologi, hak asasi manusia (HAM), dan bidang lainnya, posisi kami akan jauh lebih kuat ketika kami membangun koalisi mitra dan sekutu yang berpikiran sama," kata Biden pada Senin (28/12), dikutip laman Sputnik.
Biden mengatakan dengan adanya sekutu berpikiran sama, mereka dapat mempertahankan kepentingan dan nilai-nilai bersama. Dia menyebut bermitra dengan negara demokrasi lain akan menggandakan pengaruh ekonomi atas China.
Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, hubungan China-AS lebih didominasi oleh perselisihan dan aksi saling tuding. Trump diketahui telah melancarkan perang dagang terhadap Beijing dengan menaikkan tarif impor bagi produk-produk asal Negeri Tirai Bambu hingga senilai 200 miliar dolar.
China merespons langkah itu dengan menerapkan kebijakan serupa. Setelah saling balas, AS dan China setuju melakukan pembicaraan kesepakatan perdagangan. Trump pun menuduh China melakukan spionase industri.
Perusahaan teknologi telekomunikasi Huawei menjadi salah satu yang paling dibidik oleh pemerintahan Trump. Ia telah membuat kebijakan yang membatasi perusahaan-perusahaan AS menjalin kerja sama atau hubungan bisnis dengan Huawei.