REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah melalui Holding BUMN Farmasi PT Bio Farma (Bio Farma), telah mengamankan lebih banyak dan ragam pasokan vaksin covid-19 dengan menandatangani kesepakatan dengan pengembang asal Amerika Serikat (AS) dan Kanada, Novavax, dan pengembang vaksin dari Inggris dan Jerman, AstraZeneca. Hal ini merupakan wujud komitmen dan kerja nyata untuk melindungi masyarakat dari risiko dan keluar dari pandemi.
Bio Farma juga akan mendatangkan vaksin tambahan dari Sinovac dan memperkuat kesiapan produksi vaksin covid-19 dengan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik dari Badan POM.
Pada acara di Kantor Pusat Bio Farma di Bandung, Rabu, (30/12) yang disaksikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansury, Direktur Utama anggota Holding BUMN Farmasi PT Indofarma (Persero) Arief Pramuhanto menandatangani perjanjian penambahan pemesanan vaksin Novavax dari 30 juta menjadi 50 juta dosis. Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menandatangani perjanjian pembelian vaksin AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis. Perjanjian masing-masing telah ditandatangani di kesempatan terpisah oleh perwakilan Novavax, dan AstraZeneca.
Selain itu, fasilitas produksi vaksin Covid-19 di Bio Farma mendapat sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan POM, yang diserahkan Kepala Badan POM Penny K. Lukito kepada Direktur Utama Bio Farma Honesty Basyir.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, menyatakan dengan kebutuhan 426 juta dosis vaksin untuk melindungi masyarakat Indonesia sangat penting mengamankan pasokan vaksin dari berbagai pengembang vaksin di dunia.
Bio Farma, sebagai Holding BUMN Farmasi, siap mendukung upaya ini dengan menyiapkan ketersediaan dan beragam pasokan vaksin dari perusahaan-perusahaan yang disetujui pemerintah.
"Keberagaman vaksin tidak hanya dari sisi asal pengembang, namun juga kriteria dan rentang penerimanya, untuk memberikan perlindungan seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia," ujar Honesti.
Honesti menyampaikan komitmen pasokan vaksin yang telah diamankan perusahaan dari berbagai sumber. Kata Honesti, Sinovac mengirimkan 3 juta dosis dalam bentuk jadi pada Desember 2020, serta berkomitmen untuk mengirimkan pasokan vaksin Covid-19 dalam bentuk bahan baku (bulk), dengan total sebanyak 140 juta dosis, dimulai dari Januari 2021."Proses vaksinasi vaksin bentuk jadi dan proses lanjutan bahan baku menjadi produk final dalam kemasan vial 10 dosis, serta distribusinya menunggu izin penggunaan dari Badan POM," ungkap Honesti.
Sementara, lanjut Honesti, Novovax akan menyediakan sebanyak 50 juta dosis dengan opsi penambahan 80 juta dosis, mulai disediakan mulai triwulan kedua 2021 hingga triwulan pertama 2022 dan akan didistribusikan melalui salah satu anggota Holding BUMN Farmasi, yaitu Indofarma.
"AstraZeneca berkomitmen menyediakan sebanyak 50 juta dosis, bisa ditambah sebanyak 50 juta dosis berikutnya, yang akan tersedia mulai triwulan kedua 2021 hingga triwulan pertama 2022. Sementara, kerjasama dengan pengembang vaksin asal Amerika Pfizer-BioNTech, tengah dalam proses finalisasi," kata Honesti.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan diplomasi vaksin terus bergerak untuk membuka akses kerjasama dengan berbagai pihak, baik melalui track bilateral maupun multilateral bagi pengadaan vaksin."Hasil kerja bareng untuk mengamankan vaksin mulai terlihat. Dari sisi bilateral, (pada 31 Desember) akan datang 1,8 juta dosis dari Sinovac, dengan ketibaan ini, maka sudah akan ada 3 juta dosis produk jadi dari Sinovac berada di Indonesia," kata Retno.
Selain itu, Indonesia sudah berhasil mengamankan dari AstraZeneca dan Novovax masing -masing sebanyak 50 juta dosis, sedangkan diplomasi dari sisi multilateral, diplomasi Indonesia, berkomunikasi, berkoordinasi, dengan
WHO dan GAVI dalam rangka mengamankan akses vaksin melalui mekanisme COVAX Advance Market Commitment, dengan range perkiraan 3 persen sampai 20 persen dari jumlah penduduk.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan perjanjian pasokan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca dan Novavax, serta rencana kedatangan vaksin tambahan dari Sinovac menunjukkan kemajuan signifikan. Kata Budi, saat ini pemerintah sudah masuk tahap pertama, yaitu penyediaan dan persetujuan vaksin yang akan selesai dalam waktu dekat sehingga bisa melangkah ke tahap kedua yaitu, bagaimana distribusi vaksin ke seluruh pelosok Indonesia dalam jangka waktu yang singkat untuk diberikan kepada tenaga kesehatan, tenaga pelayanan publik dan bertahap kepada seluruh rakyat Indonesia."Serta bagaimana kami bisa melaksanakan penyuntikan di seluruh titik-titik pelayanan," kata Budi.
Wakil Menteri I BUMN, Pahala Mansury, menyampaikan penandatanganan antara Bio Farma dengan AstraZeneca dan Indofarma dengan Novovax merupakan tonggak penting untuk mengamankan ketersediaan dan keragaman akses vaksin untuk masyarakat Indonesia. Pahala mengatakan pemberian sertifikasi CPOB dari Badan POM ke Bio Farma merupakan pengakuan terhadap kesiapan, komitmen dan kemampuan, Bio Farma, dalam mempersiapkan produk vaksin covid-19 yang berkualitas.