REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Organisasi Uni Eropa (UE) menyetujui vaksin Covid-19 gelombang kedua untuk digunakan di seluruh Eropa. Namun penggunaannya menunggu kepastian regulator obat-obatan Eropa mengeluarkan penilaian ilmiah yang positif.
Komisi Eropa memberikan izin pemasaran bersyarat untuk vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika yaitu Moderna. Keputusan tersebut didukung oleh negara anggota UE.
"Dengan vaksin Moderna, yang kedua sekarang disahkan di UE, kami akan memiliki 160 juta dosis lagi," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dilansir kantor berita Bernama pada Kamis (7/1).
Ursula menyebut gelombang vaksin akan datang lagi setelah kehadiran Moderna. "Lebih banyak vaksin akan datang," tambah Ursula.
Sebelumnya pada Rabu (6/1), European Medicines Agency (EMA) merekomendasikan pemberian izin edar bersyarat pada vaksin Moderna setelah menilai data tentang kualitas, keamanan, dan kemanjuran vaksin. EMA mengatakan dalam siaran pers bahwa vaksin tersebut terbukti efektif pada orang berusia 18 tahun ke atas selama uji klinis besar yang melibatkan 30 ribu orang. Vaksin Moderna punya kemanjuran 94,1 persen terlepas dari jenis kelamin, ras, atau etnis.
Adapun bagi orang yang berisiko Covid-19 parah seperti penderita penyakit paru-paru kronis, penyakit jantung, obesitas, penyakit hati, atau infeksi HIV maka kemanjurannya turun hingga 90,9 persen. UE telah meluncurkan inokulasi vaksin yang dikembangkan bersama oleh Pfizer dan BioNtech, yang mendapat lampu hijau oleh EMA pada 21 Desember 2020 dan diberikan persetujuan untuk pemasaran bersyarat oleh Komisi Eropa pada hari yang sama.
Pada pekan terakhir tahun 2020, UE dan Inggris telah mencatat lebih dari 17 juta kasus Covid-19 sejak pandemi melanda Eropa pada Februari tahun lalu, dan 1,8 juta kematian terkait dengan penyakit tersebut menurut Pusat Pencegahan Penyakit Eropa dan Kontrol. Saat dunia sedang berjuang untuk mengatasi pandemi, vaksinasi sedang dilakukan di beberapa negara dengan vaksin virus corona yang sudah disahkan.
Sebanyak 232 calon vaksin sedang dikembangkan di seluruh dunia dengan 60 di antaranya dalam uji klinis di negara-negara termasuk Jerman, China, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat. Demikian dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia pada 29 Desember 2020.