REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk memiliki layanan perpesanan sendiri serupa Whatsapp (WA). Salah satu tujuannya, guna menghindari penyalahgunaan data oleh pihak asing.
Peneliti CISSReC Ibnu Dwi Cahyo menyebut institusinya telah memperjuangkan pembuatan layanan perpesanan hasil pengembangan dalam negeri sejak bertahun-tahun silam. Namun upaya itu tak mendapat respons positif dari pemerintah.
Akibatnya masyarakat Indonesia terlanjur bergantung pada layanan perpesanan dan media sosial buatan asing. Sehingga ketika terjadi perubahan kebijakan dari penyedia layanan maka mau tak mau masyarakat harus menurutinya jika ingin terus memakai Whatsapp.
"CISSReC sejak 2014 usul ke pemerintah buat platform media sosial, chatting dan email sendiri mandiri terserah mau punya negara, swasta atau patungan. Tapi itu harus didorong," kata Ibnu pada Republika.co.id, Selasa (12/1).
Ibnu menyebut agar pemerintah Indonesia belajar dari pemerintah China dalam menyikapi kemajuan teknologi, khususnya platform layanan perpesanan. Pemerintah China menerapkan aturan ketat terhadap perusahaan asing yang menggunakan data masyarakat.
"China patut dicontoh karena melihat Facebook, Whatsapp sebagai ancaman nasional, bisa perang data. Facebook enggak mau masuk ke China karena enggak mau nurut aturannya," ujar Ibnu.
Ibnu mengingatkan supaya pemerintah berpihak pada pengembangan produk teknologi lokal pengganti Whatsapp. Pemerintah mesti menyiapkan sumber daya guna mewujudkannya. Hal ini penting dalam jangka panjang untuk keamanan nasional.
"Kalau buat aplikasi khusus dalam negeri maka negara (pemerintah) harus dukung. Pendekatannya dari segi keamanan jangan cari untung saja," ucap Ibnu.