REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan (Kalsel), memaksa puluhan ribu orang mengungsi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam laporan resmi menyampaikan, sampai Jumat (15/1) sore, 6.346 rumah warga terendam dan 21.990 orang mengungsi akibat luapan air Sungai Pelaihari.
Kepala Pusat Data dan Komunikasi BNPB Raditya Jati mengatakan, banjir di Tanah Laut merupakan dampak dari intensitas hujan yang tinggi di Kalimantan sejak Ahad (3/1). “Saat ini, tinggi muka air terpantau 150 sentimeter sampai 200 sentimeter,” kata Raditya dalam rilis resmi BNPB yang diterima wartawan di Jakarta, Jumat (15/1).
Dia mengatakan, intensitas hujan yang masih tinggi dan banjir yang masih meluas membuat warga terpaksa mengungsi. “BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), sampai saat ini masih melakukan pendataan pengungsi,” kata dia.
Dari laporan sementara, Jati mengatakan, para pengungsi dan korban banjir tersebar di lima titik lokasi yang aman. Upaya pendistribusian logistik dan alat evakuasi kebencanaan terus dilakukan. Akan tetapi, akses dari Banjarmasin menuju Palaihari-Tanah Laut terputus.
Saat ini, tim gabungan masih terus bergotong royong melakukan penanganan bencana dan evakuasi. BPBD Tanah Laut juga masih membutuhkan logistik mendesak untuk pengungsian.
“Di titik-titik pengungsian, masyarakat terdampak banjir membutuhkan sandang, pangan, terpal, matras, selimut, dan peralatan dasar untuk kebencanaan,” kata Jati.