Senin 18 Jan 2021 18:38 WIB

Saham Global Merosot, Bagaimana dengan IHSG?

IHSG justru ditutup menguat pada perdagangan Senin didorong perbaikan ekonomi China.

Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia. Pasar saham global merosot pada perdagangan Senin, ketika melonjaknya kasus Covid-19 mengimbangi harapan investor akan pemulihan ekonomi yang cepat.
Foto: Antara/Reno Esnir
Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia. Pasar saham global merosot pada perdagangan Senin, ketika melonjaknya kasus Covid-19 mengimbangi harapan investor akan pemulihan ekonomi yang cepat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham global merosot pada perdagangan Senin, ketika melonjaknya kasus Covid-19 mengimbangi harapan investor akan pemulihan ekonomi yang cepat. Sementara ekonomi China membukukan rebound yang lebih baik dari perkiraan pada kuartal keempat tahun lalu.

Saham Eropa yang diukur oleh indeks STOXX 600 dibuka 0,3 persen lebih lemah, setelah pembicaraan merger gagal antara pengecer Prancis, Carrefour dan Alimentation Couche-Tard Kanada.

Baca Juga

Pada awal perdagangan, indeks DAX Jerman turun 0,2 persen, indeks CAC 40 Prancis turun 0,3 persen, indeks FTSE MIB Italia turun 0,3 persen dan indeks FTSE 100 Inggris turun 0,1 persen.

Di Asia, saham-saham unggulan China naik 0,8 persen setelah ekonominya dilaporkan tumbuh 6,5 persen pada kuartal keempat dari setahun sebelumnya, melampaui perkiraan 6,1 persen. Produksi industri China untuk Desember juga mengalahkan perkiraan, meskipun penjualan eceran meleset dari target.

"Pemulihan dalam permintaan domestik masih kekurangan dukungan yang kuat," kata Lauri Haliika, ahli strategi pendapatan tetap dan valas di SEB. 

Hallika mengatakan dampak dari penguncian regional terbaru dan pengujian massal kemungkinan akan terbatas dan berumur pendek.

Peningkatan di China sangat kontras dengan Amerika Serikat dan Eropa, di mana penyebaran virus corona telah memukul pengeluaran konsumen. Ini ditegaskan oleh penjualan ritel AS yang suram yang dilaporkan pada Jumat (15/1).

Data belanja konsumen AS yang buruk minggu lalu membantu obligasi pemerintah mengurangi beberapa kerugian tajam baru-baru ini dan imbal hasil obligasi 10 tahun diperdagangkan pada 1,087 persen, turun dari puncak minggu lalu 1,187 persen.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement