Kamis 21 Jan 2021 16:10 WIB

Gedung Putih: Paket Bantuan Covid Sesuai Kebutuhan Spesifik

Paket tidak dirancang dengan 1,9 triliun dolar AS sebagai titik awal

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Seorang perawat muncul dari tenda dengan kit untuk menguji coronavirus baru COVID-19 di sebuah drive melalui stasiun pengujian untuk karyawan Pusat Medis Universitas Washington di Seattle, Washington, AS, 16 Maret 2020.
Foto: EPA-EFE / Stephen Brashear
Seorang perawat muncul dari tenda dengan kit untuk menguji coronavirus baru COVID-19 di sebuah drive melalui stasiun pengujian untuk karyawan Pusat Medis Universitas Washington di Seattle, Washington, AS, 16 Maret 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Proposal Presiden Joe Biden untuk paket bantuan Covid-19 senilai 1,9 triliun dolar AS didasarkan pada penilaian kebutuhan spesifik. Menurut Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki, paket tidak dirancang dengan 1,9 triliun dolar AS sebagai titik awal.

"Itu dirancang dengan komponen yang diperlukan untuk memberi orang-orang bantuan yang mereka butuhkan," katanya kepada wartawan saat pengarahan pertamanya setelah pelantikan Biden, Rabu (20/1).

Baca Juga

Psaki mengatakan sulit untuk memikirkan komponen proposal mana yang dapat dihapus karena semuanya didasarkan pada rekomendasi dari ekonom dan profesional kesehatan. Namun, mengakui bahwa versi final dari undang-undang apa pun jarang terlihat persis seperti proposal awal.

Biden, yang berpengalaman lama sebagai anggota parlemen AS, tidak asing dengan negosiasi kongres dan akan terlibat erat dalam proses tersebut. "Ini adalah percakapan, dan dia tidak asing dengan proses pembuatan kesepakatan," tambahnya.

Dia mengatakan bahwa preferensi presiden yang jelas adalah untuk melanjutkan dengan RUU bipartisan, tetapi Gedung Putih tidak akan mengambil alat apa pun dari meja untuk DPR dan Senat, yang keduanya akan dikendalikan oleh Demokrat, untuk menyelesaikannya. Dia juga mengutip curahan dukungan dari kelompok bisnis AS kepada Senator Bernie Sanders untuk proposal tersebut.

Biden berkomitmen untuk menerapkan Undang-Undang Produksi Pertahanan untuk memastikan pasokan dan bahan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya agar 100 juta orang divaksinasi dalam 100 hari pertama masa kepresidenannya. Rincian lebih lanjut akan dirilis pada Kamis.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement