REPUBLIKA.CO.ID, MAJENE -- Personel Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan penyisiran terhadap warga atau penyintas bencana gempa bumi yang memilih mengungsi ke wilayah pegunungan Malunda Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat.
"Penyisiran yang dilakukan personel gabungan PMI ini untuk memantau sekaligus memeriksa kesehatan para warga yang mengungsi ke wilayah pegunungan Malunda," kata Kepala Bidang Kesehatan PMI Istianahsari, Kamis (21/1).
Menurutnya, tim yang bertugas melakukan penyisiran tersebut terdiri dari perawat, bidan, dokter dan apoteker untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar darurat, apalagi seperti diketahui pengungsi rawan terserang penyakit karena harus tinggal di tempat yang terbuka seperti tenda.
Selain itu, beberapa pengungsi pun tinggal di lokasi-lokasi pedalaman sehingga dikhawatirkan kesulitan mendapatkan akses bantuan. Maka dari itu, tim PMI yang diterjunkan ke lokasi terus bergerak menjamah sejumlah titik yang dijadikan tempat pengungsian oleh warga.
Tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan dasar darurat kepada para penyintas tersebut, personel PMI pun mendata apa saja yang dibutuhkan para pengungsi di pengungsian, agar bantuan yang disalurkan nantinya sesuai dengan yang dibutuhkan korban terdampak gempa bumi ini.
Dalam melakukan operasi kemanusiaan ini, pihaknya juga berkoordinasi dengan Komando Resor Militer (Korem) 142 untuk pelayanan dan penyaluran bantuan. Sebab beberapa relawan yang berasal dari PMI Surakarta dan Polewalimandar, Sulbar kesulitan dalam mengakses lokasi bencana.
Bahkan, jika sulit menjangkau lokasi, kemungkinan dalam pendistribusian bantuan tersebut bisa melalui transportasi udara dan layanan akan dilakukan bilamana memungkinkan.
"Beberapa desa di wilayah Malunda sulit dijangkau oleh para personel PMI, selain berada di pedalaman juga banyak jalan yang rusak akibat longsor. Sehingga dalam upaya penyaluran bantuan untuk korban gempa di daerah tersebut kami meminta bantuan pihak TNI," tambahnya.
Isti mengatakan assesment masih dilakukan relawan PMI di lokasi, namun berdasarkan analisa awal, kondisi kesehatan para pengungsi di pegunungan ini mulai terganggu. Seperti diketahui, sejumlah posko pengungsian kurang memadai, beberapa di antaranya hanya beralaskan daun.
Namun demikian, pihaknya belum mengetahui secara pasti kondisi para pengungsi tersebut apakah bahan persediaan pangan dan air bersih mencukupi atau tidak. Bahkan, kebanyakan warga yang mengungsi di bukit belum berani untuk turun karena masih khawatir terjadi bencana susulan.
Lanjut dia, beberapa diantara pengungsi juga terdapat ibu hamil, bayi, balita dan warga lanjut usia sehingga kondisi kesehatan harus benar-benar dipantau. Tidak menutup kemungkinan PMI akan menambah tim kesehatan untuk mempercepat pelayanan kesehatan.
"Personel tambahan dari PMI Malang Provinsi Jawa Timur sesuai jadwal segera bergabung dengan relawan yang sudah bertugas lebih dahulu di lokasi terdampak gempa. Kemudian PMI Pusat pun menerjunkan 10 personel dari bidang kesehatan ditambah tenaga kesehatan dari RS PMI Bogor Provinsi Jabar," katanya.
Berdasarkan data terbaru, PMI telah mengirimkan 500 terpaulin, 11 ribu pakaian layak pakai, 200 selimut dan 51.200 alat pelindung diri berupa masker bedah dan kain serta hazmat ke berbagai wilayah terdampak bencanan gempa di Sulbar.
Kemyudian, personle PMI juga mendistribusikan air bersih ke lokasi pengungsian Sulbar. Sebanyak 11 unit truk tangki berkapasitas 5.000 liter dikerahkan dalam pelayanan tersebut.