REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Strain baru hasil mutasi dari virus penyebab Covid-19 diklaim lebih mematikan antara 30 dan 90 persen daripada sebelumnya. Terlepas dari itu, para ilmuwan mengungkapkan bahwa vaksin yang tersedia hampir pasti masih tetap efektif.
Tiga kelompok ahli terpisah penasihat Pemerintah Inggris telah melihat dampak varian baru yang lebih menular dan juga berdampak kematian. Dilansir laman media Inggris, The Sun, Sabtu (23/1), para peneliti menyimpulkan bahwa jenis baru antara 29 dan 91 persen lebih mungkin untuk merenggut nyawa orang di Inggris yang terinfeksi.
Tiga penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil berbeda, kendati tetap satu konteks. Misalnya, London School of Hygiene and Tropical Medicine menyatakan, varian baru 1,35 kali lebih mematikan, Imperial College London mengeklaim antara 1,36, atau 1,29 (tergantung pada metode yang digunakan), dan University of Exeter menemukan 1,91 kali lebih mematikan.
Penelitian ini didasarkan pada beberapa ratus kematian. Para ilmuwan mengikuti penderita Covid-19 dari mulai terjadinya infeksi hingga kematian.
Neil Morris Ferguson, ahli epidemiologi Inggris dan profesor biologi matematika, mengonfirmasi penelitian baru telah menemukan lebih banyak orang sekarat dengan infeksi varian baru. Menurutnya, hasil studi adalah kemungkinan yang realistis bahwa varian baru Inggris meningkatkan risiko kematian, tetapi masih banyak ketidakpastian yang tersisa. Penelitian yang ada konsisten di berbagai kelompok usia, wilayah, dan etnis.
“Namun, hanya delapan persen kematian yang mengandung informasi tentang strain apa yang mereka miliki,” kata profesor yang mengkhususkan pada penyakit menular pada manusia dan hewan itu.
Profesor Neil Ferguson, yang juga berasal dari NERVTAG, mengatakan kondisi ini layaknya “setengah kesempatan”. NERVTAG yang merupakan Grup Penasihat Ancaman Virus Pernapasan Baru, sub-komite SAGE, menemukan bahwa ada "kemungkinan realistis" varian baru mengakibatkan peningkatan risiko kematian.
“Para ilmuwan menggunakan istilah "kemungkinan realistis" ketika mereka hanya yakin 40 hingga 50 persen bahwa sesuatu itu benar,” demikian bunyi dokumen NERVTAG.
Sebelumnya SAGE, Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Keadaan Darurat, memperingatkan bahwa para ilmuwan hanya meyakini 50 persen bahwa strain mutan asal Kent, Inggris bisa lebih mematikan. Dalam dokumen yang dirilis menunjukkan bahwa para ilmuwan memperkirakan varian baru, 56 persen lebih dapat ditularkan daripada jenis lainnya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, memperingatkan ada "bukti" lebih banyak orang yang sekarat daripada sebelumnya. Strain baru membunuh lebih banyak orang Inggris bukan hanya menyasar usia lanjut.