Selasa 26 Jan 2021 13:57 WIB

Rata-Rata Lima Hoaks Covid-19 Bertambah Tiap Hari

1.300 hoaks tentang Covid-19 ada sejak awal Covid-19 masuk Indonesia.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi Hoax. Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Donny B.U mengatakan, sudah lebih dari 1.300 hoaks tentang Covid-19 di Indonesia.
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Hoax. Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Donny B.U mengatakan, sudah lebih dari 1.300 hoaks tentang Covid-19 di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Donny B.U mengatakan, sudah lebih dari 1.300 hoaks tentang Covid-19 di Indonesia. Donny mengungkap, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, 1.300 hoaks tentang Covid-19 ada sejak awal Covid-19 masuk Indonesia pada Maret 2020 hingga 18 Januari 2021.

"Jadi itu rata-rata tiap hari selalu ada lima hoaks baru terkait Covid-19, ini yang buat orang lama -lama nggak percaya Covid-19 dan vaksin," ujar Donny dalam Webinar KPCPEN tentang peran Serta dalam Melawan Hoaks Vaksinasi Covid-19, Selasa (26/1).

Baca Juga

Donny menyebut, serangan hoaks ini juga yang membuat tingkat penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19 terus menurun. Ia menyebut sebelumnya berdasarkan riset WHO, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Unicef tingkat penerimaan vaksinasi pada November 2020 sebanyak 64,8 persen masyarakat bersedia divaksin, lalu yang sama sekali tidak mau divaksinasi 7,6 persen dan masyarakat yang menjawab tidak tahu 27,6 persen.

Namun, survei terbaru itu sudah mendekati angka 50 persen. "Lama lama tingkat orang yang mau divaksin turun, percuma saja mau vaksin disediakan berapa banyak tapi kalau orang nggak mau itu ya kita enggak sembuh sembuh," ujarnya.

Ia menyebut, dari 1.300 hoaks itu 76 di antaranya hoaks tentang vaksin. Donny mengatakan, hal itu berpengaruh terhadap menurunnya angka penerimaan vaksinasi di masyarakat.

Ia menjelaskan, masih berdasarkan survei, masyarakat mengaku enggan divaksinasi karena ragu terhadap keamanan, kehalalan dan efek samping vaksin Covid-19. Bahkan, meskipun BPOM telah mengeluarkan izin edar vaksin dan MUI mengeluarkan fatwa kehalalan, masyarakat masih memiliki pandangan serupa.

"Itu karena di internet dan media sosial itu ada informasi yang kontennya menimbulkan keraguan keraguan, yang buat ketidakpastian," kata Donny.

Donny melanjutkan, survei yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan juga Kata Data yang dirilis pada November, menyebut media sosial menjadi sumber informasi paling tinggi bagi masyarakat. Berdasarkan survei juga, saluran penyebaran disinformasi atau hoaks pertama paling tinggi itu media sosial.

"Sejak awal WHO mengatakan, yang kita lawan ini bukan cuma virus, tapi juga virus informasi hoaksnya, bukan cuma penyakit tapi disinformasinya," ujarnya.

Padahal, Donny mengatakan vaksiansi akan berhasil bisa mencapai kekebalan jika mencapai angka 60-70 persen. Sementara, berdasarkan survei angka penerimaan vaksin di Indonesia masih sedikit.

"Kalau semakin sedikit, maka Covid-19 tidak akan pergi dari Indonesia, kita akan begini begini aja, WFH-WFH tetap banyak, toko toko tutup, bisnis bisa bisnis bangkrut," kata dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement