REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Seorang diplomat Korea Utara (Korut) yang menjabat duta besar negara untuk Kuwait telah membelot ke Korea Selatan (Korsel). Kabar itu disampaikan Ha Tae-keung selaku anggota parlemen oposisi konservatif Korsel dan sekretaris eksekutif komite intelijen Nasional.
Dilansir dari kantor berita Associated Press pada Selasa (26/1), Ha diberitahu oleh pejabat dari Badan Intelijen Nasional (NIS) bahwa diplomat itu tiba di Korsel pada September 2019 bersama istri dan satu anaknya. Korut yang menggembar-gemborkan dirinya sebagai surga sosialis sangat sensitif tentang pembelotan, terutama di kalangan elitnya. Mereka terkadang menuduh itu adalah plot Korsel atau Amerika untuk merusak pemerintahannya.
Ha diberitahu diplomat tersebut mengubah namanya menjadi Ryu Hyun-woo setelah tiba di Korsel. Ryu melarikan diri melalui misi diplomatik Korsel namun tidak menyebutkan dimana. Rincian spesifik mengapa Ryu memutuskan untuk membelot tak diberikan.
Sementara itu, anggota parlemen dari partai liberal dan sekretaris eksekutif komite intelijen Kim Byung-kee juga diberitahu bahwa Ryu sekarang tinggal di Korsel. Kim tidak menjelaskan lebih jauh.
NIS dan Kementerian Unifikasi Korsel, yang menangani urusan antarKorea, tidak secara independen mengonfirmasi pembelotan Ryu. Kementerian Informasi Kuwait juga tidak segera menanggapi permintaan komentar. Media pemerintah Korut belum mengomentari situasi Ryu.
Diketahui, Korut telah dikenal enggan berkomentar tentang pembelotan semacam itu - seperti pembelotan mantan penjabat duta besarnya untuk Italia pada 2018. Tujuannya menghindari sorotan atas kerentanan pemerintahnya.
Korut telah lama menggunakan para diplomatnya untuk mengembangkan sumber penghasil uang di luar negeri. Para ahli mengatakan ada kemungkinan bahwa diplomat yang membelot mungkin telah berjuang untuk memenuhi tuntutan keuangan dari pihak berwenang di dalam negeri.
Lebih dari 33 ribu warga Korut telah membelot ke Korsel sejak akhir Perang Korea 1950-53 dari catatan pemerintah Korsel.