Ahad 31 Jan 2021 09:35 WIB

Keputihan tidak Biasa Bisa Jadi Gejala Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang sangat sulit dideteksi pada stadium awal.

Kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker yang sangat sulit dideteksi pada stadium awal.
Foto: dokumen
Kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker yang sangat sulit dideteksi pada stadium awal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais dr R Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, mengatakan, sebagian besar pasien kanker serviks tidak mengetahui mereka mengidap penyakit tersebut. Sebab, kanker serviks adalah kanker yang sangat sulit dideteksi pada stadium awal.

"Karena memang tidak ada gejala yang terlihat dan keluhan apapun dari pasien," ujar Soeko dalam webinar bertajuk "Lindungi Diri dan Orang Terkasih dari Kanker Serviks" pada Sabtu (30/1).

Baca Juga

Kendati demikian, ada beberapa tanda yang menunjukkan anomali pada area leher rahim yang sudah terpapar human papilloma virus (HPV) sebagai penyebab kanker serviks. Salah satunya, terjadi keputihan yang tidak wajar.

Perempuan perlu waspada bila mengalami keputihan dengan konsistensi yang tidak biasa, berbau tak sedap, disertai sensasi terbakar serta gatal di dalam dan sekitar area vagina. 

Dokter spesialis ginekologi onkologi RS Kanker Dharmais Jakarta, Widyorini Lestari Hutami Hanafi Sp.OG (K) Onk mengatakan, gejala berupa keputihan tidak wajar tersebut akan terjadi bila penderita kanker setidaknya sudah memasuki stadium 1B. "Gejala seperti keputihan itu biasanya sudah memasuki stadium yang sudah agak parah. Kemudian adanya pendarahan saat bersenggama atau di luar siklus haid," ujar Widyorini.

Selain keputihan yang tidak wajar, gejala berupa nyeri pada area pinggul yang menjalar hingga pergelangan kaki juga perlu diwaspadai. "Bila sudah merasa nyeri pinggul yang menjalar hingga kaki dan sulit buang air kecil, baiknya segera memeriksakan diri ke dokter," kata Widyorini.

Widyorini mengatakan, lesi prakanker serviks tidak bergejala. Karena itu, gejala-gejala seperti keputihan tidak wajar baru nampak ketika penderita sudah memasuki stadium lanjut.

Untuk itu Widyorini mengingatkan pentingnya perubahan pola pikir perempuan supaya melakukan pencegahan berupa vaksinasi HPV serta melakukan skrining berupa papsmear dan tes HPV DNA, tanpa menunggu munculnya gejala kanker serviks. "Jangan datang ke dokter ketika sudah bergejala, tapi masih sehat pun juga harus skrining supaya ketika ditemukan lesi prakanker bisa langsung diterapi," jelas Widyorini.

Bila vaksinasi HPV dapat dilakukan sejak anak perempuan berusia 9 tahun maka pap smear paling cepat dapat dilakukan setelah dimulainya hubungan intim untuk pertama kali. Widyorini berpesan, pap smear sebaiknya dilakukan setiap satu tahun sekali sedangkan tes HPV DNA dapat tiga tahun sekali kalau hasilnya negatif.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement