REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Syariah Indonesia (BSI) resmi diluncurkan oleh Presiden RI, Joko Widodo, Senin (1/2). Presiden Direktur Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi menyampaikan bahwa selama ini proses integrasi telah berjalan dengan lancar.
"Ini adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan menyaksikan Bank Syariah Indonesia memulai perjalanan resminya dari Istana Negara," katanya.
Ia juga melaporkan proses integrasi Bank Syariah Himbara dimulai sejak Maret 2020. Selama kurun waktu 11 bulan, proses tersebut dimulai dari due diligence, penandatanganan akta penggabungan, penyampaian keterbukaan publikasi, hingga mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pada hari ini, bank hasil penggabungan mulai beroperasi dengan nama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Menurut Hery, nama tersebut diambil karena ingin menjadikan BSI sebagai representasi nasional maupun internasional.
BSI memiliki logo bintang bersudut lima yang merepresentasikan lima sila Pancasila dan lima rukun Islam. Bank hasil penggabungan per Desember 2020 memiliki total aset Rp 240 triliun, total pembiayaan Rp 175 triliun, DPK Rp 200 triliun dan total modal inti Rp 22,6 triliun.
"BSI juga memiliki lebih 1.200 kantor cabang dan 20 ribu karyawan di Indonesia, posisi ke tujuh bank di Indonesia sesuai total aset," katanya.
Pada kesempatan peresmian virtual, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani berpesan agar BSI bisa mengelola dana masyarakat dengan baik. Diharapkan BSI bisa menjadi institusi yang kompetitif, punya kreatifitas dan inovasi dalam pengembangan bisnis.
"Jangan cederai kepercayaan masyarakat," katanya.
Menurutnya, bank syariah harus punya biaya operasional yang seefisien mungkin. Seluruh margin adalah untuk perbaikan industri dan dikembalikan manfaatnya bagi masyarakat.