REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Bayi dan balita menjadi yang paling rentan di tempat pengungsian korban gempa berkekuatan 6,2 magnitudo di Kabupaten Mamuju, ibu kota Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar). Karena itu, Palang Merah Indonesia (PMI) fokus membantu kebutuhan mereka.
"Sudah tiga pekan relawan PMI membantu korban gempa di Sulbar, dan saat ini membantu para bayi dan balita yang berada di pengungsian," kata salah satu anggota PMI, Yati Lamusu Nursin di Mamuju, Jumat (5/2).
Ia mengatakan, PMI berupaya menyediakan kebutuhan gizi bayi dan balita di pengungsian di samping menyediakan kebutuhan makanannya untuk menjaga kesehatannya. "PMI mendistribusikan makanan tambahan bayi dan balita yang berada di lokasi pengungsian karena sangat dibutuhkan," katanya.
PMI juga telah menyediakan sarana air bersih dengan mengerahkan truk pengangkut air bagi kebutuhan warga. PMI menghimbau kepada pengungsi untuk tetap menerapkan protokol kesehatan karena lokasi pengungsian merupakan salah satu daerah rawan penyebaran Covid-19.
Sekretaris Jendral PMI Pusat, Sudirman Said mengatakan, personel PMI masih memberikan berbagai bantuan dan layanan pengungsi bencana gempa di Mamuju. PMI di Sulbar yang mendapatkan bantuan dari PMI Sulsel dan Sulteng, untuk memulihkan psikologis korban dan layanan kesehatan.
"Bantuan air bersih dirasakan sangat disyukuri warga dan balita, karena selama di pengungsian warga sangat membutuhkan," katanya.
Jumlah pengungsi di Sulbar secara keseluruhan mencapai 91.003. Terbanyak berasal dari Kabupaten Mamuju yaitu 58.123 orang. Kemudian Kabupaten Majene 25.737 orang dan Kabupaten Polman 5.343 orang.
Menurut dia, korban meninggal dunia sebanyak 105 orang. Rinciannya, 95 orang di Kabupaten Mamuju dan 10 orang di Kabupaten Majene.
Sementara, kerusakan rumah terbanyak di Kabupaten Mamuju sebanyak 11.422 unit. Sedangkan di Kabupaten Majene rumah rusak sebanyak 5.929 unit.