REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi optimis perkembangan kendaraan listrik di Indonesia akan terus tumbuh. Meski tidak secara signifikan, pertumbuhan ini diproyeksi terus akan positif meski secara bertahap.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto menjelaskan, pandemi Covid-19 sepanjang 2020 membuat semua sektor ekonomi di level global mengalami kontraksi. Anomalinya, pertumbuhan kendaraan listrik malah menjanjikan. Sinyal ini yang membuat pemerintah optimis juga akan berkembang di Indonesia.
Permintaan global terhadap mobil listrik tahun lalu di Eropa tumbuh 137 persen, melebihi China. China seendiri tumbuh sekitar 12 persen dan AS tumbuh sekitar empat persen.
"Angka ini menarik buat kita. Ketika pandemi, permintaan terhadap mobil listrik justru meningkat," ujar Seto, Jumat (5/2).
Ia melihat pertumbuhan kendaraan listrik memang tidak akan masif dari tahun ini paling tidak sampai 2025 mendatang. Di satu sisi, Seto melanjutkan, industri otomotif Jepang tentu saja juga akan menggencarkan strategi agar tak kalah saing dalam industri kendaraan listrik.
Ia melihat, penetrasi pertumbuhan kendaraan listrik baru akan terlihat setelah 2030. "Kita lihat akan gradual ini penetrasinya, mungkin sampai 2025, mungkin perlahan naik. Pada 2030 akan lebih banyak," ujar Seto.
Ia memprediksi pertumbuhan kendaraan listrik baru akan masif di kota-kota besar seperti di Jawa. Sedangkan di kota-kota lain pertumbuhan kendaraan konvensional memakai BBM masih akan terjadi.
Karena, kendaraan listrik harus ditunjang infrastrukturnya. Kedua, transisi dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik juga harus diamati mengingat luasnya wilayah Indonesia.
"Jadi mungkin kita lihat penetrasinya akan tinggi di kota-kota besar di Jawa. Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku mungkin masih konvensional," kata dia,