REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar perangkat bekas (second) masih menyisakan data sensitif pengguna. Penelitian terbaru oleh para ahli Kaspersky menemukan sebagian besar perangkat ini belum dihapus seutuhnya saat akan dijual. Alhasil, informasi pemilik sebelumnya berisiko dapat diakses oleh pihak ketiga.
Selama dua bulan, para peneliti Kaspersky menganalisis lebih dari 185 perangkat media penyimpanan, seperti kartu memori dan hard drive. Perusahaan pembuat perangkat lunak antivirus ini menemukan 90 persen data tersisa di perangkat tersebut.
Dari 90 persen isian data, 16 persen memberikan akses secara langsung ke informasi tersebut, sementara 74 persen lainnya diekstraksi menggunakan ukiran file (file carving). Ini adalah metode untuk memulihkan file dari ruang yang tidak beralamat pada media penyimpanan.
Data yang ditemukan berkisar dari entri kalender berisi catatan rapat hingga foto dan video pribadi, bahkan dokumen pajak, informasi perbankan, kredensial login dan informasi medis. Semua data ini akan berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah.
Sebanyak 17 persen dari perangkat juga memasang pemindai virus. Ini berarti para pengguna yang membeli perangkat bekas mungkin berpotensi mewarisi malware pemilik sebelumnya.
“Pada dasarnya, Anda harus selalu menyimpan data di perangkat pribadi dalam keadaan terenkripsi, untuk berjaga-jaga jika perangkat hilang atau seorang mendapatkan akses tidak sah. Ketika data pribadi jatuh ke tangan yang salah, hal itu tidak hanya dapat membahayakan diri sendiri, tetapi juga teman dan keluarga atau bahkan perusahaan Anda, tergantung pada jenis informasi apa yang ditemukan,” ungkap head of GreAT, Eropa, yang juga tim riset dan pengembangan Kaspersky, Marco Preuss melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (5/2).