REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Innnalillahi wa inna ilaihi rajiun. Indonesia kembali kehilangan salah satu tokoh budaya santri, budayawan Prie GS, dikabarkan meninggal dunia, Jumat (12/2).
Kabar wafat pria bernama asli Supriyanto GS tersebut disampaikan Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Lateh, Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Musthofa Bisri, atau Gus Mus, yang sudah dikonfirmasi Republika.co.id. Dalam akun tersebut Gus Mus membagikan foto bersama almarhum, menyampaikan doa terdalam dan mendoakannya.
“Innã liLlãhi wainnã ilaiHi rãji'űn. Saudaraku tercinta yang baik dan selalu ingin membahagiakan orang lain, Prie GS, hari ini dipanggil kehadiratNya. Kita betul-betul terkejut dan merasa sangat kehilangan. Semoga Allah merahmati dan membahagiakannya. Allahummaghfir lahu warhamhu wa'ãfihi wa'fu 'anhu wa akrim nuzűlahu waj'alil jannata matswãh...Al-Fãtihah. Semoga keluarga diberi kekuatan lahir-batin. 'AzhzhamaLlãhu ajrahum wa ahsana azã-ahum,” tulis Gus Mus.
Sementara itu, salah satu sahabatnya, Dr Aguk Irawan, juga membenarkan kabar meninggalnya pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 3 Februari 1964 itu. Menurut Aguk, Prie GS dikenal sebagai budayawan yang santun, hangat, dan dekat dengan kalangan pesantren.
Aguk mengisahkan, dalam banyak kesempataan saat bertemu, Prie GS mengisahkan pengalamannya menjadi santri kalong (istilah santri yang tidak menginap di pesantren). Dia kerap mengaji dari satu kiai ke kiai lainnya. Bahkan, setelah menjadi seorang tokoh pun Prie GS kerap menginap untuk belajar ke Gus Mus atau KH Yusuf Khudori, Magelang Jawa Tengah.
Semangat Prie GS nyantri, kata Aguk, membuatnya menyampaikan penyesalannya ketika saat masih muda tidak memutuskan masuk pesantren. Dia hanya belajar di madrasah. Hal ini membuat Prie GS ‘menebus’ penyeselannya itu dengan menginap di sejumlah kiai. .
“Di banyak kesempatan dia selalu bilang "saya akan tetap menjadi santri sepanjang hidupku...", kata Aguk yang juga seorang novelis terkemuka lewat karyanya Haji Back Packer itu.
Prie GS kariernya sebagai wartawan di harian umum Suara Merdeka Semarang, Jawa Tengah. Dia dikenal sebagai sastrawan, budayawan, dan pemerhati sosial melalui karya-karyanya yang unik dan sarkas.