Ahad 14 Feb 2021 13:22 WIB

 Azimah: Waspadai Hari Valentine dan Budaya Permisif Remaja

Saat ini pemerintah sedang giat mengkampanyekan setop pernikahan usia anak.

Red: Agus Yulianto
Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) saat hadir sebagai narasumber dalam Kajian bulanan Perempuan dan Ketahanan Keluarga perdana yang diadakan DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam, Pasar Mingu, Jakarta Selatan.
Foto: Istimewa
Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) saat hadir sebagai narasumber dalam Kajian bulanan Perempuan dan Ketahanan Keluarga perdana yang diadakan DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam, Pasar Mingu, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap pertengahan Februari atau tepatnya tanggal 14 Februari masih banyak kaum muda-mudi yang merayakan hari Valentine. Untuk itu, penting bagi orang tua untuk mewaspadainya. Terutama, kegiatan ini, dikhawatirkan mendorong anak-anak dan remaja terjurumus budaya permisif.

Demikian disampaikan oleh Azimah Subagijo, Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) saat hadir sebagai narasumber dalam Kajian bulanan Perempuan dan Ketahanan Keluarga perdana yang diadakan DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam, Pasar Mingu, Jakarta Selatan.

Lebih jauh Azimah menyampaikan, bahwa kekhawatirannya itu bukan tanpa alasan. Dia menyampaikan, fakta bahwa sejak sepuluh tahun terakhir, ternyata alat kontrasepsi berupa kondom penjualannya meningkat tajam di malam hari Valentine. “Fenomena ini tentu bukanlah suatu kebetulan semata. Tentunya ada maksud dari orang-orang yang beramai-ramai membeli kondom di momen Valentine tersebut. Apalagi jika bukan untuk melakukan hubungan seks agar tidak hamil,” ujar Azimah dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Ahad (14/2). 

Meningkatnya penjualan kondom bila yang membelinya adalah pasangan yang sudah menikah, tentu tidak terlalu mengkhawatirkan. Masalahnya jika ternyata yang membeli justru anak-anak dan remaja yang masih di bawah umur dan belum menikah. Tentunya ini sangat memprihatinkan.