REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Aktivitas pabrik Jepang mengalami ekspansi untuk pertama kalinya dalam 22 bulan terakhir pada Februari, menurut survei sektor swasta pada Jumat (19/2). Permintaan ekspor yang menguat membantu produsen melepaskan hambatan dari pandemi virus corona.
Tapi, kondisi sektor jasa lebih pesimistis. Dunia usaha berjuang untuk mengatasi pukulan dari tindakan darurat yang diambil untuk mengatasi krisis Covid-19.
Seperti dilansir Reuters, Jumat, indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) Jepang dari au Jibun Bank meningkat menjadi 50,6 pada Januari dari 49,8 pada bulan sebelumnya. Untuk pertama kalinya sejak April 2019, indeks utama naik di atas ambang batas 50 yang menggambarkan kondisi ekspansi.
Realisasi ini dikarenakan adanya output yang lebih kuat dan peningkatan pesanan baru di dalam negeri dan terutama dari luar negeri. Angka tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Desember 2018, meskipun pertumbuhannya modest.
Ekonom IHS Markit Usamah Bhatti menjelaskan, pelaku bisnis optimistis kondisi bisnis akan membaik dalam 12 bulan mendatang. "Meski demikian, gangguan yang disebabkan oleh pandemi kemungkinan akan tetap ada dalam waktu dekat," ucapnya.
Survei itu menunjukkan, pesanan ekspor baru produsen tumbuh pada laju tercepat sejak awal 2018, kembali ke ekspansi untuk pertama kalinya dalam waktu empat bulan.
Data PMI mendukung produk domestik bruto (PDB) dan data perdagangan pada pekan ini yang menunjukkan bahwa ekonomi Jepang telah menuai keuntungan dari permintaan luar negeri. Sebagian di antaranya karena kebutuhan global yang sangat besar untuk peralatan pembuat chip.
Tapi, survei PMI juga menunjukkan aktivitas di sektor jasa, yang mencakup sektor konsumen, memburuk lebih cepat. Kondisi ini dikarenakan adanya tekanan akibat tindakan darurat anti virus corona. Indeks PMI sektor jasa dari Jibun Bank turun ke level terendah dalam enam bulan, yakni 45,8.
Meskipun kasus virus corona harian telah menurun dalam beberapa pekan terakhir setelah memuncak pada Januari, Tokyo dan sembilan prefektur lainnya masih dalam keadaan darurat untuk menahan kebangkitan virus corona.