REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juru bicara Pemerintah Iran Ali Rabiei mengatakan dia yakin Amerika Serikat (AS) bakal mencabut sanksi terhadap negaranya. Hal itu tidak terusik perselisihan diplomatik terkait pengaktifan kembali kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
"Kami memprediksi dengan yakin bahwa inisiatif diplomatik akan menghasilkan hasil yang baik meskipun ada perselisihan diplomatik, yang merupakan awal alami untuk kembalinya para pihak pada komitmen mereka (dalam JCPOA), termasuk pencabutan semua sanksi dalam waktu dekat," kata Rabiei pada Sabtu (20/2), dilaporkan Iranian News Agency.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan kesediaannya melakukan dialog untuk menghidupkan kembali JCPOA. Mantan presiden AS Donald Trump diketahui menarik negaranya dari kesepakatan tersebut pada pertengahan 2018.
Biden sudah mengubah keputusan Trump bahwa semua sanksi PBB terhadap Iran telah dipulihkan. Departemen Luar Negeri AS juga melonggarkan pembatasan ketat pada perjalanan domestik para diplomat Iran di New York.
Namun, Teheran menuntut agar semua sanksi era Trump terhadap Iran dicabut. Itu adalah syarat jika AS hendak kembali ke JCPOA. Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki telah menekankan AS tidak akan mengambil langkah tambahan terhadap Iran sebelum pembicaraan diplomatik.
Iran telah menetapkan batas waktu hingga pekan depan bagi Biden untuk mencabut sanksi yang diberlakukan kembali oleh Trump. Jika hal itu tak dilakukan, Teheran bakal menghentikan inspeksi Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Reuters melaporkan secara eksklusif bahwa IAEA menemukan partikel uranium di dua situs Iran yang diperiksa. Penemuan itu terungkap setelah inspeksi terhalang selama berbulan-bulan. IAEA disebut bersiap menegur Iran karena gagal menjelaskan temuan partikel uranium terkait.
Iran telah lama membantah tuduhan dan laporan tentang upayanya mengembangkan senjata nuklir melalui pengayaan uranium. Namun menteri intelijennya baru-baru ini mengatakan tekanan terus-menerus dari Barat dapat mendorong Teheran untuk melawan seperti "kucing yang terpojok" dan mencari senjata nuklir.